Salah satu permasalahan yang
ada pada pasca panen dan pengolahan karet adalah pelaksanaan panen &
pasca panen belum dilakukan dengan baik
hingga mengakibatkan mutu bahan olah
karet (bokar) yang dihsilksn rendah.
Kebiasaan pelaksanaan panen dan pasca panen yang kurang baik, seperti
memasukkan tatal kayu kedalam mangkuk penampung getah karet, menambahkan
serpihan umbi gadung dan merendam bokar
dalam air sebelum dijual dapat menyebabkan meningkatnya kadar kotoran,
bertambah banyaknya air yang berda pada bokar, dan berkurangnya kadar karet
kering (K3) pada bokar yang diterima di pabrik pengolahan karet. Kadar kotoran dan K3 merupakan dua parameterr
mutu bokar yang akan menentukan harga
bokar yang dibayarkan oleh pabrik.
Rendahnya mutu bokar dari petani menyebabkan para pedagang pengumpul
selalu menekan harga bokar yang dijual
oleh petani karet untuk menutupi
kerugian (& potensial kerugian) yang disebabkan oleh perilaku yang
kurang baik para petani karet.
Permasalahan yang lain adalah
masih terbatasnya sarana & teknologi panen yang ada. Alat sadap (pisau
sadap), mangkup sadap, cincin mangkuk,
dan plastik penutup bidang sadap pada
saat hujan masih belum dimiliki secara merata oleh petani karet. Hal ini menjadi salah satu penyebab petani
karet tidak menyadap karet pada saat cuaca kurang baik atau gerimis
sekalipun. Selain itu pengetahuan petani tentang penyadapan
masih terbatas. Sebagian petani karet menyadap karet setiap hari
dengan harapan akan mendapatkan hasil getah karet yang maksimal. Selain itu belum banyak petani karet
memelihara tanaman yang telah berproduksi dengan memberikan pemupukan yang
cukup. Keterbatasan sarana panen dan
pengetahuan petani dalam kegiatan panen (penyadapan getah) dapat menyebabkan
produksi getah tidak optimal, atau menyebabkan bidang sadap cepat habis.
Kelembagan kelompok tani dan gapoktan petani karet
belum dimanfaatkan untuk meningkatkan mutu
bokar yang dihasilkan oleh para petani karet , termasuk diantaranya
belum adanaya unit kegiatan pada gapoktan yang berfungsi memfasilitasi transfer
teknologi untuk meningkatkan mutu bokar.
Sarana pasca panen seperti hammer mill dan hand mangel yang digunakan
untuk mengolah lateks petani menjadi slab tipis atau slab giling yang memiliki
mutu dan harga yang lebih baik dari bokar biasa belum dimiliki oleh gapoktan
petani karet. Selain itu, kerjasama
dengan instansi terkait untuk mendorong kemitraan dengan industri, khususnya untuk kepastian
harag dan pasar bokar serta upaya peningkatan apresiasi pabrik terhadap
peningkatan mutu bokar yang dilakukan oleh petani karet.


Gambar 11. Pohon Industri Karet

0 komentar:
Post a Comment