LAPORAN PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR ( FISIKA/MIPA UNRAM )
LAPORAN PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
OLEH :
APRIADI PUTRA ( G1B 008 039 )
ASTUTI WAHY U UTAMI ( G1B 009 043 )
CRHRISTIN WONGSO SW. (G1B 009 012)
PROGRAM STUDI FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MATARAM
2012
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’aalamiin.
Segala puji dan syukur hanya milik Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan praktikum
Geologi Dasar ini. Laporan ini kami susun sebagai tugas akhir praktikum
mata kuliah Geologi Dasar yang memuat tentang jenis batuan, bentuk
strutur lokasi atau daerah penelitian sehingga harapannya dapat memenuhi
syarat untuk mengikuti ujian akhir semester. Penyelesaian penyusunan
laporan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu
pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak DR. Ir. Didi Supriyadi Agustawijaya, M.Eng, Ph.D. selaku pembimbing praktikum sekaligus dosen pengampu mata kuliah Geologi Dasar.
2. Ibu Alfina Taurida, S.Pd.,M.Sc. selaku pembimbing praktikum lapangan
3. Saudara Arif Wijaya, selaku Asisten dosen yang telah membantu dalam pelaksanaan praktikum.
4. Teman – teman seperjuangan, atas dukungannya baik moril maupun materiil dalam penyusunan laporan ini.
Kami
menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan,
Oleh karena itu segala kritik dan saran dari berbagai pihak sangat kami
harapkan, demi kesempurnan penulisan laporan selanjutnya. Semoga dapat bermanfaat sebesar – besarnya bagi tim penyusun khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Mataram, 11 Desember 2011
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Secara
tidak disadari pengetahuan geologi sudah diterapkan sejak zaman
prasejarah. Bahkan manusia terdahulu sudah mengetahui macam-macam batuan
yang baik bagi bahan baku dan senjata serta mengetahui dimana mereka
bisa mendapatkannya atau mencarinya. Selanjutnya manusia ingin
mengetahui tentang alam sekitarnya, adanya gunung api,
bentang alam, perbukitan dan lembah-lembah. Terjadinya bencana gempa
bumi, tanah longsor, gunung api dan bencana alam lainnya yang mendorong
manusia untuk mempelajarinya. Kerak bumi terdiri dari beraneka jenis
batuan. Tiap-tiap batuan ini berbeda dari yang lainnya, baik jenis,
bentuk, warna, kadar air, proses terjadinya, maupun kekuatannya menahan
longsor. Bagi ahli-ahli geologi yang mengkaji kandungan dan perkembangan
bumi secara fisika, pengetahuan tentang batuan ini sangatlah penting.
Begitu juga bagi ahli-ahli Geografi. Mereka perlu mempunyai pengetahuan
tentang jenis batuan-batuan yang biasa terdapat dan juga hubungannya
dengan rupa bumi. Batuan adalah sejenis bahan yang terdiri dari mineral
dan dapat dikelaskan menurut komposisi mineralnya. Pengelompokkan ini
dibuat berdasarkan bagian luar
bumi yang tertutupi oleh daratan dan lautan dimana bagian dari lautan
lebih besar daripada bagian daratan. Akan tetapi, karena daratan adalah
bagian dari kulit bumi yang dapat kita amati langsung dengan dekat maka
banyak hal-hal yang dapat kita ketahui dengan cepat dan jelas.
Jenis – jenis batuan dapat diklasifikasikan berdasarkan prinsip dasar :
- Mineral pembentuk batuan .
- Mineral utama atau esensial batuan.
- Perbedaan komposisi mineral berdasarkan struktur dan tekstur dari batuan itu sendiri.
1.2. Rumusan Masalah
Ø Jenis dan mineral yang terkandung di dalam batuan
Ø Karakteristik dari batuan
Ø Deskripsi proses terjadinya batuan
Ø Jenis pelapukan yang terjadi di lokasi praktikum
1.3. Tujuan
Ø Untuk mengetahui atau meneliti jenis batuan dan mineral yang terkandung di dalamnya.
Ø Mengetahui karakteristik dari jenis batuan yang diteliti
Ø Mendeskripsikan proses terjadinya batuan yang diteliti
1.4. Waktu dan Lokasi
Praktikum Geologi Dasar dilaksanakan pada tanggal 11 Desember 2012 di Batu Layar, Batu Bolong, Senggigi, Malimbu. Praktikum ini dilaksanakan pada pukul 09.00-12.00 WITA.
BAB II
STUDI PUSTAKA
2.1 MATERIAL BATUAN
Batuan
mencakup material yang membentuk litosfir atau kerak bumi, terdiri dari
mineral-mineral pembentuk bantuan. Mempelajari batuan merupakan
pengetahuan dasar untuk mempelajari geologi. Dengan
mempelajari batuan dapat kita ketahui sifat dan sejarah bumi kita. Kita
jumpai disekeliling kita berbagai macam batuan. Dilihat dari sifat
fisiknya mereka sangat beragam, baik warna, kekerasan, kekompakkan,
maupun material pembentuknya.
Untuk
membedakannya, dibuatlah pengelompokan. Pengelompokan yang paling
sederhana adalah berdasarkan kejadiannya atau cara
terbentuknya.Berdasarkan proses kejadiannya batuan dibagi menjadi tiga
jenis antara lain:
1) Batuan beku
Batuan
beku adalah batuan yang terjadi dari pembekuan larutan silika cair dan
pijar, yang dikenal dengan nama magma. Ciri-cirinya mempunyai berat
jenis yang tinggi, pejal, dan hampir tidak memiliki rongga. Mineral yang
terkandung di dalamnya dalah oksigen (
),
Alumunium (Al), Kalsium (Ca), Natrium (Na), Kalium (K), Besi (Fe), dan
Magnesium (Mg). Dari mineral yang terkandung di dalamnya batuan beku
secara umum dapat dibedakan menjadi dua yaitu magma basa dan magma asam.
Magma basa mengandung 50% SiO
, bersuhu tinggi antara 900-1200º C dan viskositasnya rendah, dan mudah mengalir. Salah satu contohnya adalah Basalt sedangkan magma asam berkomposisi SiO
antara 60-70%, bersuhu rendah, dibawah 800º C dan viskositasnya tinggi, lebih kental dan mobilitasnya rendah. Salah satu contoh batuannya adalah Riolit.



Adapun
macam-macam mineral pembentuk batuan yang umum kita jumpai di dalam
batuan beku antara lain feldspar, mika, ampibol, piroksen, oilivin dan
kwarsa. Berdasarkan cara pembentukkannya, batuan beku dibagi lagi dalam:
a) Batuan dalam atau plutonit, yaitu
kristal-kristal besar yang perlahan-lahan berkristalisasi, misalnya ke
dalam bentuk batolit atau lakolit; baru akan tampak dipermukaan bumi
setelah terangkat ke atas dan setelah terjadi erosi.
b) Batuan gang yaitu
batuan yang membeku di dalam celah (gang) dalam perjalanannya menuju
permukaan; terkadang diselingi dengan yang lebih besar (fenokris atau
pemula, yang terbentuk jauh di kedalaman tetapi ikut terangkut ke atas).
Strukturnya adalah porfir, juga dalam bentuk pelat-pelat intrusi dan
lakolit.
c) Batuan lelehan atau efusif, vulkanit, ekstrusif, cepat mendingin, kristalin, yang sangat halus, ada kalanya bahkan kaca (obsidian).
2) Batuan Sedimen
Batuan
sedimen pada umumnya berupa butiran-butiran tersendiri mulai dari
sangat halus hingga sangat kasar, memiliki berat jenis rendah
dibandingkan batuan beku, memiliki rongga dan pori-pori. Batuan sediment
terbentuk karena proses sedimentasi dari bahn-bahan rombakan yang
dibawa oleh media air ataupun angin yang diendapkan/disedimentasikan di
suatu tempat yang disebut cekungan muka. Material tersebut dibagi atas
dua macam yaitu bahan organic dan non-organik., Berdasarkan susunan dan
cara pembentukannya (sukar untuk dipisahkan), batuan sediment dibagi
lagi menjadi:
a) Sedimen silika klastik, misalnya batu pasir (kuarsa) biasa, lempung, wake abu-abu (gay woce), dan sebagainya.
b) Batuan karbonat, misalnya batu kapur (
) dari berbagai sifat: kapur karang, batuan kalsiklastik (terdiri dari pasir kapur), napal, dolomit
dan sebagainya.


c) Evaporit, yaitu batuan hasil penguapan: garam batu, anhidrit, gips, garam kali, dan sebagainya.
d) Sedimen organik, misalnya dari zat-zat hidup, gambut, arang coklat, arang batu, minyak bumi, aspal.
e) Sedimen piroklastik atau sediment vulkanik misalnya debu vulkanik, tuf, dan sebagainya.
f) Sedimen lainnya, misalnya fosforit dan sebagainya
Penamaan
batuan sedimen biasanya berdasarkan besar butir penyusun batuan
tersebut Penamaan tersebut adalah: breksi, konglomerat, batu pasir, batu
lempung
Ø Breksi adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih besar dari 2 mm dengan bentuk butiran yang bersudut
Ø Konglomerat adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih besar dari 2 mm dengan bentuk butiran yang membudar
Ø Batu pasir adalah batuan sedimen dengan ukuran butir antara 2 mm sampai 1/16 mm
Ø Batu lanau adalah batuan sedimen dengan ukuran butir antara 1/16 mm sampai 1/256 mm
Ø Batu lempung adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih kecil dari 1/256 mm ]
3). Batuan Metamorf
Batuan
metamorf terbentuk dari proses metamorfisme yaitu perubahan mineral ke
mineral lainnya tanpa mengalami fase cair akibat tekanan dan suhu yang
sangat tinggi. Ciri-cirinya yaitu mempunyai mineral yang pipih,
berlembar pejal dan bergantung pada batuan asalnya.. Berdasarkan cara
pembentukkannya, kita dapat mengenal tipe-tipe metamorfosisnya yaitu;
a) Metamorfosis kontak, yang terjadi pada kontak sebuah intrusi magma,
b) Metamorfosis dinamo, yang terjadi pada deformasi lokal yang intensif, dimulai dengan breksi patahan, kemudian melonit.
c) Metamorfosis
regional, yang terjadi pada daerah-daerah yang lebih luas dibandingkan
tipe sebelumnya dan berkaitan erat dengan orogenesis dan deformasi.
Beberapa
mineral utama pembentuk batuan metamorf yang umum kita jumpai adalah
kwarsa, feldspar, ampibol, piroksen, mika, garnet, dan
chlorit.Mineral-mineral tertentu terbentuk tergantung dari tekanan dan
temperature ketika berlangsungnya metamorfosis. Adapun contoh batuan
metamorf antara lain: sabak, phylit, skis, gnesis, migmatit, batuan horn
2.2 PATAHAN PADA MASSA BATUAN
Pada umumnya sebuah patahan akan terjadi bila gaya geser maksimum telah dilampaui. Adapun bentuk-bentuk patahan sebagai berikut:
a) Patahan
yang bergeser turun (”normal fault”): bidang patahan melereng ke sisi
bongkah yang turun; dibarengi dengan pemanjangan, seringkali berkaitan
dengan renggangan di kedalaman.
b) Geseran
ke atas (“reverse fault”) bidang patahan melereng ke sissi bongkah yang
naik; lapisan-lapisan bergeser satu di atas lainnya; penggandaan,
biasanya disebabkan oleh tekanan lateral.
c) Geseran
saling melintas (“over thrust”) pada umumnya sama dengan geseran ke
atas, biasanya kemiringannya lebih kecil dan jumlah geserannya lebih
besar. Seringkali berkaitan dengan penglipatan.
d) Patahan
transversal (“trans current fault”, wrench fault”) adakalanya, tetapi
bukan merupakan suatu ketentuan, bidang patahan berdiri vertikal. Bongkah-bongkah saling geser secara horizontal dan transversal.
e) Fleksur: pembengkokan lapisan-lapisan di sela-sela bongkah yang naik dan bongkah yang turun, seringkali beralih menjadi patahan.
Beberapa gejala-gejala tambahan
a) Ada kalanya goresan – goresan pada bidang patahan memberikan petunjuk tentang arah gerakan patahan tersebut.
b) Breksi
gesekan: batuan di dalam atau sepanjang bidang gerak telah patah,
fragmen – fragmen bisa menjadi lebih kecil hingga akhirnya menyerbuk
menjadi milonit (tepung batuan)
c) Seretan, yaitu pembengkokan lapisan – lapisan di betulan bidang patahan, menunjukkan arah dari geseran.
d) Patahan tambahan, yaitu patahan – patahan kecil yang mempunyai kaitan dengan patahan utama, sejajar dengannya atau bercabang.
2.3 PELAPUKAN
Kehidupan
sehari-hari memperlihatkan bahwa di bumi ini tidak ada material yang
bersifat abadi. Segala sesuatu akan berubah, baik secara fisik maupun
secara kimia. Terutama yang berada di lingkungan atmosfer. Perubahan ini
berlangsung untuk mencapai keseimbangan alamiah. Di alam, proses inipun
berlangsung tanpa kita sadari. Di dalam geologi pengubahan alam ini
dinamakan proses pelapukan atau weathering
yang berarti cuaca. Jadi pelapukan diartikan sebagai perubahan akibat
cuaca. Hasil proses pelapukan ini berupa pecahan-pecahan batuan lepas
yang menutupi permukaan bumi secara tidak teratur dinamakan regolith.
Batuan
, baik batuan beku, sedimen maupun metamorf yang tersingkap di atas
permukaan, yang bersentuhan dengan atmosfer, hidrosfir, dan biosfir akan
mengalami proses pelapukan. Batuan akan berubah secara fisik dan secara
kimiawi. Di alam, kedua proses ini sulit dibedakan, karena berlangsung
secara bersamaan. Namun teoritis kedua proses ini dibedakan. Proses
pelapukan inilah salah satu proses yang mengubah permukaan bumi setiap
saat meskipun perubahannya tidak tampak dengan segera karena faktor
waktu sangat berpengaruh dalam proses ini.
A. Pelapukan Mekanik (mechanical weathering)
Pelapukan secara fisika umumnya disebut pelapukan fisika (physical weathering) atau pelapukan mekanik. Pada
proses pelapukan ini hanya berlangsung perubahan fisik saja, secara
mekanik tidak disertai perubahan kimia. Sehingga komposisi kimianya
tetap, yang berubah hanya sifat fisiknya saja. Dari yang semula
mempunyai bentuk dan volume besar serta massif, hancur menjadi bentuk
lebih kecil. Pelapukan fisik atau pelapukan mekanis dapat terjadi oleh:
Ø Udara yang membeku, dimana pengembangan 9% dari dalam retakan yang sangat kecil dapat mengakibatkan penghancuran
Ø Insolasi dan perubahan temperatur, yang akan menyebabkan antara lain eksfoliasi oleh penyusutan dan pengembangan
Ø Akar
tumbuhan, cacing dan binatang-binatang lain, kerak lumut, yang dapat
meningkatkan kemunculan dan pembesaran retakan-retakan yang sangat
kecil.
B. Pelapukan Kimiawi
Mineral-mineral
dalam batuan beku dan metamorf terbentuk pada kondisi suhu dan tekanan
tinggi. Bila sampai di permukaan bumi, baik suhu maupun tekanannya jauh
lebih rendah dari kondisi saat pembentukan. Untuk mencapai keseimbangan,
mineral-mineral tersebut terurai dan komponen-komponennya membentuk
mineral baru yang lebih stabil. Dalam pelapukan kimia terjadi perubahan
komposisi kimia mineral yang terlapukkan, sehingga dapat dikatakan
proses dekomposisi.
Faktor-faktor utama yang dapat menyebabkan terjadinya pelapukan kimiawi adalah air hujan dan air tanah.
Ø Air hujan dapat mencemari mineral-mineral batuan:
dan
yang dilarutkan dengan berbagai jenis asam lain, yang berasal dari lumut. Selain itu,
dapat dipisahkan menjadi
dan
; pH = 7 sampai 4. Kadar asam terutama ditentukan oleh
+
=
+
. Perubahan kimiawi yang dapat terjadi adalah: pelarutan, oksidasi, hidrasi, pembentukan karbonat.









1) Pelarutan
: sebagian besar silikat akan melarut pada pH yang cukup rendah, dalam
hal mana residu yang tidak dapat larut akan tertinggal ( misalnya
mineral lempung). Kohesi batuan akan berkurang.
2) Pembentukan karbonat: akibat adanya
akan terbentuk sejumlah besar bikarbonat, antara lain
juga akibat adanya
dan tentu saja juga
, yang akan hilang dalam larutan. Bahkan batu kapur akan larut seluruhnya sebagai
, sedangkan di tempat lain dapat memberikan jatuhan
(sinter kapur, stalaktit).






3) Oksidasi : senyawa besi yang dapat larut akan beroksidasi menjadi hidroksid besi yang tidak dapat larut, misalnya limonit
. Oksidasi dapat mengakibatkan lapukan menjadi berwarna coklat – karat, merah tanah, dan sebagainya.

4) Hidrasi atau hidrolisis : mineral-mineral asal menjadi lepas karena menyerap air (seringkali pada
pada
kadar rendah). Contohnya feldspar berubah menjadi mineral lempung.
Mineral-mineral lempung ini merupakan bagian kecil dari koloid yang
berkristalisasi lebih lanjut. Piroksen dan amfibol menghasilkan mineral
klorit dan karbonat
,
dan
yang dapat larut.




Ø Air
tanah akan naik secara kapiler dalam hawa gurun pasir dan kemudian
menguap, serta meninggalkan berbagai garam, antara lain garam yang
agresif (soda). Sementara garam hygroskopis akan memuai oleh embun di
malam hari sehingga dapat memecahkan batuan. Proses ini berlangsung lebih efektif bila dibandingkan dengan insolasi.
C. Pelapukan Biologi
yaitu pelapukan yang terjadi akibat adanya aktivitas makhluk hidup.
Faktor – faktor yang menyebabkan terjadinya pelapukan biologi yaitu:
a) Adanya akar-akar tanaman yang masuk ke retakan.
b) Adanya binatang seperti serangga yang masuk ke tanah dapat mendorong fragmen-fragmen batuan ke atas.
Ciri-ciri terdapatnya pelapukan:
Ø Adanya retakan.
Ø Terjadi perubahan warna.
Ø Terdapat peleburan retakan.
Berdasarkan tingkat penampakan pelapukan dibagi menjadi:
Ø Belum mengalami pelapukan.
Ø Sudah mengalami perubahan warna dan terdapat retakan.
Ø Sangat lapuk, yaitu memiliki retakan yang banyak dan lebar.
Ø Struktur batuannya telah mengalami perubahan tetapi ciri batuannya masih terlihat.
2.6 Bukaan pada Bidang Patahan (Aperture)
Aperture
adalah bukaan yang terdapat pada massa batuan yang merupakan salah satu
karakteristik bidang ketidakselarasan (discontinuity) yang
mengindikasikan besarnya intensitas pelapukan(priest,1993). Bukaan yang
terdapat pada lereng batuan memiliki ukuran yang berbeda-beda yang
bergantung pada derajat pelapukannya.Batuan yang terdapat pada dinding
tersebut memiliki ukuran yang berbeda-beda tergantung pada derajat
pelapukan dari batuan itu sendiri.
Aperture
dapat diukur dengan menggunakan jangka sorong. Dimana semakin besar
bukaan pada dinding discontinuity maka pelapukan semakin tinggi.
Data-data dari hasil pengukuran aperture disusun secara teratur mulai
dari nilai terkecil hingga nilai terbesar.
Tabel 2 Kondisi bukaan patahan berdasarkan analisis aperture(ISRM,1978)
Aperture
|
Description
|
<0,1 mm
0,1-0,25 mm
0,25-0,5 mm
|
Very thight
Tight “Clossed” feature
Partly open
|
0,5-2,5 mm
2,5-10 mm
>10 mm
|
Open
Moderatlwide “gapped”feture
Wide
|
1-10 cm
10-100 cm
>1 m
|
Very wide
Extremlywide “Open” features
Covernous
|
Tabel
di atas menunjukkan tiga jenis bukaan yang diklasifikasikan berdasarkan
lebal bukaan yang terdapat pada massa batuan yaitu closed feature,
gapped fearute, dan open feature.
Closed
features bukaan pada massa batuan dalam keadaan relative masih kecil
yaitu antara <0,1 mm sampai 0,5 mm,pada kondisi ini batuan
digolongkan memiliki tingkat pelapukan yang relative rendah.geapped
feature yaitu memiliki batuan antara 0,5 mm sampai 10 mm, tingkat
pelapukan pada kondisi ini relative sedang. Sedangkan
apabila bukaan (open features)pada batuan antara 1cm sampai 100 cm,
maka batuan tergolong sangat besar dan memiliki tingkat batuan yang
sangat tinggi.
2.6 Kekasaran Bidang Permukaan (Roughness)
Tingkat
kekasaran bidang merupakan parameter yang menggambarkan beberapa jauh
tingkat alterasi pada bidang ketidakselarasan(Priest, 1993). Analisa
yang dilakukan adalah analisa secara visual, yaitu sampel yang telah
terpisah, bidang permukaannya diplotkan sebagai dua dimensi yang
kemudian dikolerasikan dengan parameter nilai JRC (Joint Roughness
Coifisien) seperti terlihat dalam table 3 di bawah ini :
Typical Roughness profilesfor JRC range
| ||
1
|
0-2
| |
2
|
2-4
| |
3
|
4-6
| |
4
|
6-8
| |
5
|
8-10
| |
6
|
10-12
| |
7
|
12-14
| |
8
|
14-16
| |
9
|
16-18
| |
10
|
18-20
|
Kekasaran permukaan menentukan kuat geser dari batuan. Semakin kasar
kuat geser semakin besar, sebaliknya semakin halus maka kuat geser
semakin sedikit. Roughnes juga
dikaitkan dengan kekuatan saling meningkat antara batuan satu dengan
yang lainnya. Semakin kasar daya mengikatnya maka semakin kuat,
sebaliknya semakin halus daya ikatnya lemah. Tingkat kekasaran pada
dinding dapat di lihat pada nilai kekasarannya dan ditunjukkan oleh
tabel tersebut dan dapat diketahui sejauh mana tingkat pelapukannya.
2.7 Material Pengisi (Filling)
Beberapa
material pengisi pada bukaan bidang ketidakselarasan mengindikasikan
adanya pengaruh pelapukan pada massa batuan. Diantara material filling
yang dihasilkan oleh adanya proses pelapukan pada bukaan adalah tanah.
Tanah terbentuk melalui proses kimia yang terjadi antara air yang
mengandung asam atau basa dengan unsur kimia penyusun material batuan.
Proses
tersebut dapat terjadi apabila pada batuan terdapat patahan sebagai
celah yang dapat dilewati oleh air hujan. Dengan demikian patahan pada
batuan disamping berpengaruh secara mekanik juga memiliki peran terhadap
terjadinya pelapukan pada massa batuan(Mallory dan Cargo,19790).
Selain
tanah, material pengisi lainnya yang dapat ditemukan pada bukaan bidang
patahan adalah akar-akar pohon, daun-daun pohon yang berpengaruh
terhadap pelapukan secara biologis.
BAB III
METODOLOGI PElAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanan Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan Pada tangggal 11 Desember 2011, bertempat di empat lokasi yaitu:
Lokasi pertama : Batu Layar
Lokasi kedua : Batu Bolong
Lokasi ketiga : Seraton
Lokasi keemppat : Mangsit
Lokasi kelima : Malimbu
3.2. Metode
Metode
yang digunakan dalam praktikum ini adalah Metode Deskriptif dengan cara
survey langsung ke lapangan, sehingga kita dapat mengamati langsung
struktur batuan dan gejala – gejala geologi lainnya serta dapat
memberikan gambaran mengenai jenis-jenis batuan yang diteliti.
Batuan
pada lokasi penelitian umumnya didapatkan batuan beku, bagian atas dari
batuan ini merupakan larva yang terjadi karena proses pendinginan dan
pembekuan magma. Batuan ini didominasi oleh mineral kuarsa yang berwarna
kehitam-hitaman/gelap dan mempunyai struktur massif. Tekstur batuan ini
kasar, runcing dan banyak terdapat retakan-retakan baik yang sudah
terbuka maupun yang hampir pecah. Pelapukan pada batuan ini termasuk
jenis pelapukan biologis, kimiawi, dan fisis. Hal ini terlihat dari
perubahan mineral, komposisi yang terjadi karena pengaruh air,
(kimiawi), terdapat akar tumbuhan dan dedaunan (biologis) dan suhu yang
diikuti oleh perubahan warna (fisis).
3.2. Alat dan Bahan
a) Palu geologi
b) Kompas geologi
c) GPS
d) Alat tulis (kertas, polpen)
e) Clip board
3.3 Cara Kerja
1) Mengukur posisi pengmatan menggunakan GPS
2) Mennentukan arah dan sudut kemiringan singkapan batuan dengan kompas
3) Mendeskripsikan batuan dari segi struktur, warna, komposisi mineral, kelas pelapukan dan jenis batuan.
4) Mencatat hasil pengukuran.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil praktikum
4.1.1 Statigrafi Geologi di daerah praktikum.
A. Lokasi 1 (Batu Layar)
Posisi 1
LS:080 30 menit 38,1” detik
BT:1160 03 menit 37,4”
Sampel Batuan :
Batuan
ini tergolong batuan beku, berwarna agak kuning kecoklatan di bagian
luar karena batuan ini bersentuhan langsung dengan udara sehingga
terjadi persenyawaan dengan oksigen, hitam keabu-abuan dg presentasi
putih lebih dominan di bagian dalam. Tekstur kasar sehingga tergolong batuan diolit.
Posisi 2
LS:080 30 menit 94,5” detik
BT:1160 03 menit 64,8” detik
Sampel Batuan :
Tergolong batuan beku, berwarna hitam dengan bercak putih dimana hitam lebih dominan denganperbandingan presentasi kira-kira 70% : 30%. Tekstur kasar sehingga tdiklasifikasikan sebagai batuan di
Posisi 3
LS:080 30 menit 92,0” detik
BT:1160 03 menit 65,6” detik
Sampel Batuan : identik dengan batuan pada posisi 2
Secara
umum pada lokasi ini di bagian atas lapisan batuan tedapat batuan
sedimen kemudian pada bagian bawah terdapat batuan breksi. Perpindahan
antara batuan yang lebih padat dan yang lebih lepas terlihat adanya
semacam kontak, batuan sedimen berada di atas batuan lava. terlihat
batuan sudah retak-retak, retakannya terjadi sesaat setelah lava magma
keluar kemudian meleleh Dipermukaan magma seketika membeku dan
mengalami retakan. Kemudian retakan bertambah dan membesar karena proses
pelapukan. Diatas lava ada tumpukan sediment karena pelapukan ini
terbentuklah tanah yang susunanya: tanah penutup, breksi dan lava. Arah
retakkan menyatakan arah terjadinya longssor. Retakkan ada yang teratur
dan ada yang random.
Lokasi 2 (Batu Bolong)
Posisi 1:
S : 080 30 menit 54,0” detik
E :1160 03 menit 42,4 detik
Sampel batuan:
![]() |
Tergolong
batuan beku, warna hitam dengan sedikit bercak putih dengan presentase
90% : 10 %. Tekstur batuan halus sehingga diklasifikasikan ke dalam Batuan Andesit.
Posisi 2
S : 080 30 menit 54,0” detik
E :1160 03 menit 42,4 detik
Arah singkapan: N 3200 E dengan kemiringan 710
Sampel Batuan :
Tergolong
batuan beku,permukan yang bersentuhan langsung dengan udara terdapan
bercak berwarna kuning kecoklatan akibat beereaksi dengan oksigen,
bagian dalam berwarna hitam sedikit bercak putih dengan presentase 90% :
10% .Tekstur halus sehingga tergolong kedalam Batuan Andesit
Secara
umum pada lokasi ini ada perbedaan muka bumi yaitu tinggi dan rendah
karena perbukitan ini terdiri dari batuan beku yang mempunyai resistensi
tinggi (keras) sehingga membentuk permukaan bumi menonjol atau tinggi
sedangkan laut (lembah) pasir-pasir laut berarti rendah, yang disebut
geomorpologi, yang mempelajari bentuk muka bumi. Diantara bentuk
tersebut ada yang lembah, adalah terjadi karena proses pembentukan
batuan sedimen terjadi pada daerah yang lunak sehingga ada aliran
sungai. Yang disebut pola pengaliran ada yang berjejer dengan topografi
sehingga kita bisa mengetahui batuan lautan.
Adanya
batuan pada permukaan yang bersentuhan dengan udara. Atmosfir,air dan
udara kemudian terjadi pelapukan maka terjadi penumpukan material. Di
lokasi ini juga terdapat binatang yang membutuhkan sinar matahari dan
gelombang tetap, adapun karang sifat hidupnya berkoloni dan menumpuk,
dan tumpukan karang tersebut lama-lama akan mejadi pulau kecil.
Lokasi 3 (Seraton)
Posisi :
S:08 o 29 menit 41,8 detik
E:116o 02 menit 28,9 detik
Kemiringan Batuan Tengah: 30o dengan arah singkapanN1970E
Sampel Batuan :
Batuan
ini tergolong batuan beku, berwarna hitam dengan bercak putih dengan
presentasi kira-kira 60% hitam : 40% putih. Tekstur kasar sehingga
tergolong Batuan Diolit.
Batuan Bagian tengah.

Batuan Bagian Atas.

Proses pelapukan:
1. Top Soil: Paling atas (Horizon A)
2. Horizon C :masih mengandung tanah
3. Batuan Dasar (tidak ada Breksi)
Pada
lokasi ini, horizon B tidak tumbuh dengan baik karena berhubungan
langsung dengan udara, sehingga tidak ada yang menghalangi hembusan
udara (angin laut) ke lokasi tersebut. Horizon B ini mempunyai ciri – ciri sebagai berikut:
1. Tidak mengandung humus.
2. Berwarna kecoklatan atau kemerahan.
Semua
material yang ada mengalami pelapukan dilihat dari perubahan warna
batuan yang semula berwarna abu – abu kemudian berubah warna menjadi
kuning atau kuning kemerahan. Perubahan warna ini terjadi karena adanya unsure logam besi (Fe) yang berhubungan langsung dengan udara.
Ciri khas batuan beku adalah yang mengelupas seperti kulit bawang sehingga disebut sebagai pelapukan kulit bawang.
Lokasi 4 (Mangsit)
Posisi
S:080 28 menit 18,3 detik
E:1160 02 menit 25,7 detik
Kemiringan 720
Di
lokasi ini terdapat batuan beku, lava, dan breksi. Di daerah ini sampel
batuan tidak diambil memiliki penampang tekstur lapisan silang siur atau cross bedding.
Lokasi 5 (Malimbu)
Posisi
S:080 26 menit 35,9 detik
E:1160 02 menit 00,8 detik
Dilokasi ini terdapat batuan beku, dengan pengampang lapisan masif.
kita juga dapat melihat warna batuan yang agak abu gelap. Morfologi
daerah ini merupakan kompleks pegunungan. Pegunungan disekitar wilayah
ini merupakan kelompok pegunungan api hanya lebih lama dari G. Rinjani
sehingga sudah tidak ada lagi aktivitas gunung api. Topografi pegunungan
ini berpengaruh terhadap sebaran aquifer di bawah permukaan. Secara
garis besar pulau lombok terbagi menjadi 3 daerah, yakni bagian utara,
bagian tengah, dan bagian selatan. Bagian Utara merupakan daerah yang
bawah perrmukaannya terdapat sebaran Aquifer yang siklusnya berasal dari
Gunung Rinjani., sedangkaan bagian tengah merupakan daerah landai dana
air tanahnya berasal dari batu layar. Untuk daerh bagian selatan
merupakan daerah intrusi sehingga sangat jarang terdapat aquifer akan
tetapi cenderung mengandung mineral logam.
BAB V.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh di lapangan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Batuan
yang terdapat pada daerah atau lokasi penelitian sebagian besar
merupakan batuan sedimen, dan sebagian kecil batuaan sedimen dibagian
atas lapisan permukaan.
2. Jenis batuan beku yang terdapat sebagian besar tergolong batuan diolit atau bertekstur kasar.
3. Jenis
pelapukan yang terjadi di daerah praktikum yaitu pelapukan biologi yang
ditandai adanya akar-akar pohon, dedaunan dan tanah. Pelapukan fisika
dan pelapukan kimia.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Buku Catatan Geologi Dasar.Mataram.
Doddy Setia Graha.1987. Batuan Dan Mineral. Nova.
Verhoef, P.N.W.1994.Geologi Untuk Teknik Sipil. Erlangga.