LAPORAN PRATIKUM
KIMIA ANORGANIK
Prodi
: Teknologi
Industri Pertanian
Kelompok :
2 (Dua)
Hari /jam :
Rabu/14.00-15.40
Tanggal :
20 November 2013
Ko-Ass : 1. Anpi Setyawan
2. Sri Maryati lubis
Dosen :
Drs.Syafnil,M.Si
Objek
Praktikum : Pengendalian Keasaman (pH)
Larutan Buffer
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI
PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Larutan penyangga (buffer solution)
adalah larutan yang mempunyai pH yang sangat stabil. Jika suatu asam atau basa
ditambahkan pada larutan penyangga, maka pH tidak berubah secara signifikan.
Dengan cara lain, menambahkan air ke dalam atau menguapkan air dari larutan pH
juga tidak mengubah pH larutan buffer.
Seperti yang telah
diketahui dalam menghitung pH larutan, penambahan sedikit asam kuat akan
mengubah pH larutan (kecuali larutan penyangga) secara drastis. Tetapi, ada
suatu kondisi dimana pH harus dijaga supaya tetap konstan ketika asam atau basa
ditambahkan ke dalamlarutan.
Secara singkat, cara kerja larutan penyangga adalah ketika ion hidrogen ditambahkan pada larutan penyangga, ion tersebut akan ternetralisasi oleh basa di dalam larutan penyangga. Ion hidroksida juga akan ternetralisasi oleh asam. Reaksi netralisasi tersebut tidak akan memberikan pengaruh yang banyak terhadap pH larutan penyangga.
Secara singkat, cara kerja larutan penyangga adalah ketika ion hidrogen ditambahkan pada larutan penyangga, ion tersebut akan ternetralisasi oleh basa di dalam larutan penyangga. Ion hidroksida juga akan ternetralisasi oleh asam. Reaksi netralisasi tersebut tidak akan memberikan pengaruh yang banyak terhadap pH larutan penyangga.
Larutan penyangga berdasarkan komponen penyusunnya dikelompokkan menjadi dua,
yaitu larutan penyangga asam, berfungsi mempertahankan pH < 7 yang tersusun
atas larutan asam lemah dan garamnya serta larutan penyangga basa, berfungsi
mempertahankan pH > 7 yang tersusun atas larutan basa lemah dan garamnya.
1.2 Tujuan
1. Menjelaskan pentingnya larutan buffer.
2. Membuat larutan buffer.
3. Membedakan larutan buffer dengan larutan bukan buffer
4. Mengetahui sistem kerja buffer dalam mempertahankan pH.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Larutan penyangga
atau larutan buffer atau dapat merupakan suatu
larutan yang dapat mempertahankan nilai pH tertentu. Adapun sifat yang paling
menonjol dari larutan penyangga ini seperti pH larutan penyangga hanya berubah
sedikit pada penambahan sedikit asam kuat. Disamping itu larutan penyangga
merupakan larutan yang dibentuk oleh reaksi suatu asam lemah dengan basa
konjugatnya ataupun oleh basa lemah dengan asam konjugatnya. Reaksi ini disebut
sebagai reaksi asam-basa konjugasi. Disamping itu mempunyai sifat berbeda
dengan komponen-komponen pembentuknya (Alexander ,2011).
Larutan penyangga atau larutan buffer atau larutan
dapar merupakan suatu larutan yang dapat menahan perubahan pH yang besar ketika
ion – ion hidrogen atau hidroksida ditambahkan, atau ketika larutan itu
diencerkan. Buffer dapat dibagi menjadi 3 jenis sesuai kapasitasnya, yaitu
buffer yang kapasitasnya 0, buffer yang kapasitasnya tak hingga, serta buffer
yang kapasitasnya dibatasi sebanyak n. Buffer dengan kapasitas terbatas inilah
yang disebut sebagai bounded-buffer (Underwood, 2002 ).
Larutan penyangga atau larutan buffer atau larutan dapar
merupakan suatu larutan yang dapat menahan perubahan pH yang besar ketika ion –
ion hidrogen atau hidroksida ditambahkan, atau ketika larutan itu diencerkan.
Secara umum, larutan buffer mengandung pasangan asam – basa konjugat atau
terdiri dari campuran asam lemah dengan garam yang mengandung anion yang sama
dengan asam lemahnya, atau basa lemah dengan garam yang mengandung kation yang
sama dengan basa lemahnya. Oleh karena mengandung komponen asam dan basa
tersebut, larutan buffer dapat bereaksi dengan asam (ion H+) maupun dengan basa
(ion OH-) apa saja yang memasuki larutan. Oleh karena itu, penambahan sedikit
asam ataupun sedikit basa ke dalam larutan buffer tidak mengubah pH-nya.
Larutan penyangga dapat dibedakan atas larutan penyangga asam dan larutan
penyangga basa. Apabila asam lemah dicampur dengan basa konjugasinya maka akan
terbentuk larutan buffer asam, dimana larutannya mempertahankan pH pada daerah asam
(pH 7) (Underwood, A.L., 2002 ).
Larutan buffer sering digunakan dalam bidang kimia
analisis seperti pada pembuatan fase gerak pada KCKT dan ekstraksi obat dari
larutan berair. Jenis buffer yang paling sederhana tersusun atas asam/basa
lemah yang dikombinasikan dengan asam/basa kuat. Sistem buffer yang umum adalah
sistem natrium asetat atau asam asetat. Cara langsung yang digunakan untuk
membuat buffer adalah dengan menambahkan natrium hidroksida pada asam asetat
sampai pH yang dikehendaki tercapai. Kisaran pH yang paling efektif untuk
membuat buffer adalah satu unit pH disekitar nilai pKa asam atau basa lemah
yang digunakan untuk membuat buffer. Sebagai contoh, nilai pKa asam asetat
adalah 4,76 karenanya kisaran pH buffer yang paling efektif adalah 3,76 hingga
5,76 (Rohman, 2007).
Kebutuhan buffer kadang menyulitkan karena hampir
setiap analisa membutuhkan kondisi pH tertentu yang relatif stabil. Karena
banyaknya macam dan jenis buffer, pemilihan buffer yang akan digunakan menjadi
masalah tersendiri. Dalam memilih buffer, yang harus diperhatikan adalah pH
optimum serta sifat-sifat biologisnya. Banyak jenis buffer yang mempunyai impak
terhadap sistem biologis, aktivitas enzim, substrat, atau kofaktor (Riyadi,
2008).
Buffer
juga dapat digunakan dalam melihat rentang asam/basa, melalui diagram
potensial-pH tidak dapat mencakup seluruh daerah pH, karena terbatasi oleh
trayek rentang pH sistem buffer. Walaupun demikian, rentang pH 3,22-9,03 adalah
salah satu daerah pH penting dalam kajian korosi baja karbon, karena daerah itu
meliput sebagian besar daerah peralihan korosi aktif ke keadaan pasif (Bundjali, 2004).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan bahan
Alat
dan bahan yang digunakan dalam pratikum arutan buffer ini
adalah :
Alat :
Ø Tabung reaksi
Ø Rak tabung reaksi
Ø Gelas Piala
Ø Pipet Ukur 5 mL
Ø Gelas Ukur
Ø Botol Semprot
Ø Corong Kaca
Bahan
:
Ø NaOH
Ø HC
COO
Ø HCL
Ø NaHC
COO
Ø N
OH
Ø N
CL
3.2 Cara
kerja
Adapun cara kerja praktikum
tentang larutan buffer adalah sebagai berikut:
3.2.1 Larutan BukaN buffer
3.2.1.1 Penentuan pH larutan
bukan buffer
Ø Menyediakan tiga buah tabung reaksi yang bersih,isilah
ketiga tabung reaksi tersebut dengan : Tabung pertama -1 ml larutan HCL 0,0001
M.
§ Tabung kedua +1 ml air.
§ Tabung ketiga +1 larutan NaOH 0,01 M
Ø Menentukan dan catat pH larutan dengan indikator
universal.
3.2.1.2
Penentuan pH larutan bukan buffer setelah ditambahkan asam
Mengambil ketiga tabung reaksi yang berisi larutan diatas
(3.2.1.1) yang telah diketahui pH-nya.Kedalam masing-masing tabung reaksi
tesebut ditambahkan 1 tetes HCL 1 m.
Menentukan pH larutan dengan indikator universal.
3.2.2
Larutan Buffer
3.2.1.1
Penetuan pH larutan buffer
Ø Menyediakan dua buah gelas piala atau
erlenmeyer,masing-masing gelas diisi dengan 25 ml asam asetat (HC
COO) 1 M dan 25 ml
natrium asetat (NaHC
COO) 1 M. Gelas
digoyang-goyang supaya larutan homogeny dan tentukan pH larutan tersebut dengan
indikator universal,catat. Lakukan ini
jangan dibuang karena akan dipakai untuk percobaan selanjutnya.
Ø Menyediakan dua buah gelas piala atau
erlenmeyer,masing-masing gelas diisi dengan 25 ml ammonium hidroksida (N
OH) 1 M dan 25 ml
natrium asetat (N
CL) 1 M.
Ø Gelas digoyang-goyang supaya larutan homogeny dan
tentukan pH larutan tersebut dengan indikator universal,catat. Lakukan ini jangan dibuang karena akan
dipakai untuk percobaan selanjutnya.
3.2.2.2
Penentuan Ph larutan setelah penambahan asam/basa
·
Menyediakan larutan
3.2.1.1 pertama kedalam larutan tersebut ditambahkan :
Ø Untuk tabung pertama ditambah 5 ml HCL 0,1 M,catat pH
larutan.
Ø Untuk tabung kedua ditambahkan 5 ml NaOH 0,1 M, catat pH
larutan.
·
Menyediakan larutan
3.2.1.1 kedua kedalam larutan tersebut ditambahkan :
Ø Untuk tabung pertama ditambah 5 ml HCL 0,1 M,catat pH
larutan.
Ø Untuk tabung kedua ditambahkan 5 ml NaOH 0,1 M, catat pH
larutan.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
Ø LARUTAN BUKAN BUFFER
No
|
Larutan
|
pH (keasaman)
|
||
Awal
|
Setelah dutambah 1 ml HCL 0,1 M
|
Setelah dutambah 1 ml NAOH 0,1 M
|
||
1
|
Hcl
0,0001 M
|
5
|
2
|
|
2
|
Air
|
7
|
3
|
|
3
|
NaOH
0,0001 M
|
6
|
1
|
Ø LARUTAN BUFFER
No
|
Larutan
|
PH (Keasaman)
|
||
Awal
|
Setelah dutambah 5
ml HCL 0,1 M
|
Setelah dutambah 5 ml NaOH 0,1 M
|
||
1
|
25
ml HC
|
2
|
2
|
|
2
|
25 ml N
|
7
|
7
|
|
1
|
25
ml HC
|
5
|
|
5
|
2
|
25 ml N
|
|
|
|
BAB V
PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini kita menggunakan Buffer Asetat
dan NaOH sebagai nitrat dan kita menggunakan pH meter untuk mengukur pH buffer
fosfat setelah ditambahkan larutan NaOH sedikit demi sedikit. Pada perlakuan
pertama kita menggunakan buffer asetat kapasitas 0,1 M dengan NaOH sebagai
nitrat, pada percobaan ini seharusnya kita menggunakan cara titrasi dengan
menitrasi larutan buffer asetat yang bersifat asam menggunakan larutan NaOH
yang bersifat basa, volume buffer asetat 10 ml dengan pH awalnya 3,51.
Ditambahkan 2 ml larutan NaOH mempunyai pH 3,87, pada tetesan kedua sebanyak 4
ml larutan NaOH kita mendapatkan pH
3,77, pada tetesan keketiga 6 ml larutan NaOH kita mendapatkan pH 4,92, pada
tetesan keempat 8 ml larutan NaOH kita mendapatkan pH 6,03, pada tetesan kelima
10 ml larutan NaOH kita mendapatkan pH 10,40. Pada perlakuan yang kedua dimana
larutan buffer asetat dengan pH
kapasitas 0,1 sebanyak 10 ml dimana pH awalnya 3,22 setelah ditambahkan
larutan NaOH sebanyak 2 ml mendapatkan pH 8,42, ditambahkan 8 ml larutan NaOH
terdapat jumlah pH 10,46, kemudian ditambahkan
larutan NaOH sebanyak 6 ml jumlah pH 10,65, lalu ditambahkan larutan NaOH 4 ml
sebanyak 11,22. Kemudian ditambahkan lartan NaOH sebanyak 10 ml dihasilkan
jumlah sebanyak 11,32.
Pada perlakuan yang terakhir kita menggunakan pH 5
berkapasitas dengan pH awalnya 4,18, setelah ditambahkan 2 ml larutan NaOH
pHnya menjadi 4,37 dan pada 4 ml larutan NaOH yang pHnya berubah menjadi 4,69, larutan ketiga
ditambahkan 6 ml NaOH 4,81, dan
ditambahkan 8 ml yang mendapatkan pH 5,83, dan yang terakhir penambahan larutan
sebanyak 10 ml dengan jumlah pH 5,65.
BAB
VI
PENUTUP
Kesimpulan
Adapun kesimpulan berdasarkan percobaan yang telah
dilakukan yaitu,
1. pembuatan
larutan buffer dilakukan dengan mencampurkan sejumlah larutan basa lemah dengan
larutan asam konjugasinya
2. pembuatan
larutan buffer dilakukan dengan mencampurkan sejumlah larutan asam lemah dengan
basa konjugasinya.
3. Perubahan pH
pada larutan penyangga terjadi dengan perubahan kecil yang signifikan karena
sifatnya yang mempertahankan nilai pH saat ditambahkan sedikit asam atau basa.
BAB VII
JAWABAN PERTANYAAN
1. Jelaskan pengaruh penambahan larutan asam atau basa
terhadap pH larutan buffer ?
2. Jelaskan dengan persamaan reaksi, mengapa larutan natrium
asetat dengan asam asetat berfungsi sebagai larutan buffer ?
3. Jelaskan pengertian kapasitas buffer, beri contoh ?
Daftar pustaka
Bundjali Bunbun.
Surdia N.M.. Liang Oei Ban. Ariwahjoedi Bambang. 2004. Konstruksi Diagram Potensial-pH untuk Baja Karbon
dalam Buffer Asetat
secara Potensiodinamik Eksperimental. Jurnal
Matematika dan Sains. Vol. 9 No. 4.
Day, R.A &
A.L.Underwood. 2002. Analisis kimia Kuantitatif, diterjemahkan oleh iis Sopyan.
Erlangga. Jakarta.
Iswanto Heri Apri. Tito Sucipto. Febrianto Fauzi. 2011.
Keasaman Dan Kapasitas Penyangga Beberapa Jenis Kayu Tropis (Acidity and Buffering Capacity of Some
Tropical Woods). Jurnal
Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan. Vol. 4. No. 1.
Rohman Abdul, Golib I. G. 2007. Kimia
Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Santoso
Rendy Wahyu. Kurniawan Agung Budi. 2011. Pengaruh Konsentrasi CH3COOH Terhadap Karakterisasi Korosi
Baja Bs 970 Dilingkungan Co2. Jurnal Teknik Material dan Metalurgi.
0 komentar:
Post a Comment