LAPORAN
PRATIKUM
KIMIA
ANORGANIK
Prodi
: Teknologi
Industri Pertanian
Kelompok :
2 (Dua)
Hari /jam :
Rabu/14.00-15.40
Tanggal :
27 November 2013
Ko-Ass : 1. Anpi Setyawan
2. Sri Maryati lubis
Dosen :
Drs.Syafnil,M.Si
Objek Praktikum :
Termokimia
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI
PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Termokimia adalah bagian dari termodinamika
yang membahas masalah perubahan panas reaksi kimia. Panas reaksi kimia suatu
sistem dapat dilepaskan (eksoterm) maupun diserap (endoterm). Perubahan panas
reaksi dapat diukur dengan kalorimeter. Prinsip kerja kalorimeter yaitu dengan
mengisolasi panas dalam sistem agar panasnya tidak berpindah ke lingkungan.
Secara
eksperimen kalor reaksi dapat ditentukan dengan kalorimeter. Tapi tidak semua
reaksi dapat ditentukan kalor reaksinya secara kalorimetrik. Penentuan ini
terbatas pada reaksi-reaksi berkesudahan yang berlangsung dengan cepat seperti
pada reaksi pembakaran, reaksi penetralan, dan reaksi pelarutan
1.2 Tujuan
1. Mengukur kalor reaksi dengan alat yang sederhana.
2. Menghitung kalor pelarutan secara langsung.
3. mengumpulkan dan menganalisa data termokimia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Termokimia adalah cabang dari
termodinamika karena tabung reaksi dan isinya membentuk sistem. Jadi, kita
dapat mengukur energi yang dihasilkan oleh reaksi sebagai kalor yang dikenal sebagai q, bergantung
pada kondisinya apakah dengan perubahan energi dalam atau perubahan entalpi.
(Atkins, 1999)
Termokimia mempelajari perubahan panas
yang mengikuti reaksi kimia dan perubahan-perubahan fisika(pelarutan,
peleburan, dan sebagainya). Satuan tenaga panas biasanya dinyatakan sebagai
kalor, joule, atau kilokalori. (Sukardjo, 1997)
Reaksi kimia yang menyangkut pemecahan
dan atau pembentukkan ikatan kimia selalu berhubungan dengan penyerapan atau
pelepasan panas. Panas reaksi adalah banyaknya panas yang dilepaskan atau
diserap ketika reaksi kimia berlangsung. (Bird, 1993)
Perubahan entalpi pada saat sistem
mengalami perubahan fisika atau kimia biasanya dilaporkan untuk proses yang
terjadi pada sekumpulan kondisi standar. Dalam banyak pembahasan kita akan
memperhatikan perubahan entalpi standar ∆H0 yaitu perubahan entalpi untuk
proses yang zat awal dan akhirnya ada dalam keadaan standar. (Atkins, 1999)
Reaksi eksotermik adalah reaksi yang
melepas panas. Jika reaksi berlangsung pada suhu tetap, berdasarkan perjanjian
∆H akan bernilai negatif karena kandungan panas dari sistem akan menurun.
Sebaliknya, pada reaksi endotermik yaitu reaksi yang membutuhkan panas,
berdasarkan perjanjian ∆H akan bernilai positif. (Bird, 1993)
Panas dilepaskan ke lingkungan atau
diterima dari lingkungannya sekitar oleh sistem dalam isohorik atau isobarik
dan apabila suhu pertama sama dengan suhu kedua kondisi ini disebut isotermal
kalor reaksi. Syarat berikut yang harus dilakukan saat proses berlangsung : a)
suhu dari produk dan reaktan harus sama, b) semua jenis kerja harus dimasukkan
pada proses reaksi. Perubahan panas ditunjukan oleh perubahan
kalorimeter. (Aleksishvili dan Sidamonidze, 2002).
Panas reaksi dapat dinyatakan sebagai
perubahan energi, produk, dan reaktan pada volume konstan (∆E) atau pada
tekanan konstan (∆H). Panas reaksi dapat dinyatakan dengan kalorimeter. Harga
∆E diperoleh apabila reaksi dilakukan dengan kalorimeter bom, yaitu pada volume
konstan dan ∆H adalah panas reaksi yang diukur pada tekanan konstan, dalam
gelas piala atau labu ukur yang diisolasi. Karena proses diperinci dengan baik
maka panas yang dilepaskan hanyalah fungsi-fungsi keadaan yaitu Qp = ∆H atau Qv
= ∆E. Besaran ini dapat diukur oleh persamaan : (Dogra dan Dogra, 1990)
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan bahan
Alat
dan bahan yang digunakan dalam pratikum termokimia adalah :
Ø NaOH
Ø N
Ø Aquades
Ø Kalorimeter/erlenmeyer
Ø Gelas ukur
Ø Termometer
Ø Pemanas air/kompor
Ø Stop watch/jam
Ø Batang pengaduk
Ø Gelaspiala
3.2 Cara kerja
Adapun cara kerja praktikum
tentang termokimia adalah sebagai berikut:
3.2.1 Menentukan tetapan
kalorimeter
1. Mengambil 40 mL aquades dengan
gelas ukur.
2. Menuangkan ke dalam kalorimeter.
3. Menutup kalorimeter yang sudah
dilengkapi dengan thermometer dan alat pengaduk,catat suhu (Td).
4. Mengambil lagi 40 mL aquades
dengan gelas ukur.
5. Menuangkan ke dalam gelas piala
kering dan panaskan sampai suhu 60-70
C.
6. Mengukur suhu air panas dengan
tepat (Tp) dengan thermometer.
7. Dengan hati-hati dan
cepat,pindahkan cairan nomor 6 ke dalam kalorimeter (no 3) dan tutup
kembali.Catat suhu setiap 30 detik sambil diaduk.
8. Suhu larutan akan segera mencapai
suhu maksimum,lalu perlahan-lahan turun.Bila mulai turun catatlah suhu setiap 1
menit samapai tidak ada lagi perubahan suhu.
Dengan
menganggap bobot 40 mL aquades adalah 40 gram dan kalor jenis aquades adalah
4,184 J/g
C ,maka tetapan kalorimeter dapat
dihitung dari persamaan :
C.mp.(Tp - Tm) = C (Tm-Td ) + W(Tm - Td)
C = kalor jenis aquades,4,184 J/g
C
mp = bobot aquades pans
md = bobot aquades dingin
Tp = suhu aquades setelah dipanskan
Td = suhu aquades sebelum dicampur
Tm = suhu campuran
W = tetapan kalorimeter,J/g
C
Dari persamaan
ini nilai W dapat dicari.Mengulangi prosedur ini dan merata-ratakan hasil yang
didapat.
3.2.2
Menentukan
Hf
1. Untuk percobaan ini anda dapat menggunakan NaOH/kapur dan N
/ urea.
2. Mengeringkan kalorimeter.
3. Mengambil 35 mL aquades dengan gelas ukur dan masukkan
kedalam kalorimeter,ukur suhunya dengan thermometer,catat (suhu awal).
4. Menimbang 5 gram NaOH/kapur atau N
/ urea lalu
masukkan kedalam kalorimeter sambil diaduk ,catat perubahan suhu tiap 30 detik
sampai tidak ada perubahan suhu lagi (suhu tertinggi atau terendah = suhu
akhir)
5. Mengulangi percobaan ini dengan bahan yang lain.
6. Menghitung kalor pelarutan untuk
5 gram zat dan
untuk 1 mol zat.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
Penentuan Tetapan Kalorimeter
PENGAMATAN
|
ULANGAN
|
|
RATA-RATA
|
|
I
|
II
|
III
|
||
Suhu aquadesh panas oC
|
66o C
|
66oC
|
66 o C
|
66 o C
|
Suhu aquadesh dingin oC
|
29o C
|
29o C
|
29 o C
|
29o C
|
Suhu aquadesh campuran oC
|
37o C
|
37o C
|
37,7 o C
|
37,23o C
|
Pengamatan Pelarutan NaOH
Waktu (menit)
|
Suhu (o C)
|
0
|
27
|
30
|
26
|
60
|
27
|
90
|
27
|
BAB V
PEMBAHASAN
Untuk percobaan penentuan tetapan
kalorimeter, digunakan air suling dingin bersuhu awal 30o C dan kemudian dicampur dengan
air suling yang telah dipanaskan kira-kira mencapai suhu antara 60-70o
C. Setelah dicampur di dalam erlenmeyer dan segera dihitung suhunya dengan
termometer, maka termometer segera menunjukkan suhu yang optimum akibayt
pencampuran 2 zat tadi. Setelah itu, apabila kita aduk-aduk campuran zat
tersebut dan sambil diukur suhunya, maka termometer akan menunjukkan bahwa pada
larutan terjadi penurunan suhu sedikit demi sedikit, yang akhirnya akan
mencapai titik suhu yang konstan, artinya tidak akan mengalami perubahan suhu
lagi. Hal ini diakibatkan oleh terjadinya reaksi eksoterm dan endoterm antara
kedua larutan tersebut sehingga mencapai titik keseimbangan.
Suhu mengalami perubahan karena suhu
pada lingkungan ikut mempengaruhi sistem, yang mana suhu lingkungan kita anggap
suhu air yang dipanaskan dan suhu sistem adalah suhu aquades sehingga reaksi
yang terjadi adalah reaksi endoterm bagi sistem karena menerima kalor dan
eksoterm bagi air panas karena melepaskan kalor. Hal ini berarti terjadi
peningkatan suhu bagi aquades dan terjadi penurunan suhu bagi air panas,
sehingga akan tercapai suhu yang konstan.
Sedangkan, pada percobaan kedua,
dicampurkan NaOH / kapur ke dalam aquades dingin dalam erlenmeyer, sambil
diaduk-aduk. Selama pengadukan diamati perubahan suhu per 30 detik. Pada
pengamatan awal, suhu akan mencapai maksimum kemudian perlahan turun sampai
mencapai suhu yang konstan pula, atau dengan kata lain sama halnya dengan yang
terjadi pada percobaan pertama. Untuk setiap percobaan, pada praktikum kali ini
hanya dilakukan satu kali percobaan ( tidak ada pengulangn ), sehingga tidak
menutup kemungkinan data yang didapatkan belum tepat perhitungannya.
BAB
VI
PENUTUP
Kesimpulan
1.
Penentuan kapasitas kalorimeter dan kalor netralisasi dapat
dilakukan dengan menggunakan kalorimeter adiabatik.
BAB VII
JAWABAN PERTANYAAN
1.
Untuk melarutkan
NaOH dalam prosedur 3.2.2, berapa
pelarutan jika seandainya kalor yang diterima
kalorimetr adalah nol.
Jawab :
Q kalorimeter = 0 → Q NaOH + Qaquades = 0
Q
NaOH = - ( maquades
x Caquades x t ) + ( W x t )
= - ( 40 x 10-3 ) x ( 4,184 x 13 )
+ ( 195,253 x 10-3 x 13 )
= - 2175,68 x 10-3 + 2538,289 x 10-3
= 362,609 x 10-3 joule
= 362,609 x 10-3 x
=
= 2900,872 x 10-3 J
2.
Apa pengaruhnya
terhadap
pelarutan, bila aquades diganti dengan pelarut
lain seperti HCL ?
Jawab :
Apabila aqudes diganti dengan
pelarut yang lain, maka akan terjadi perubahan terhadap nilai
,
misalnya apabila diganti dengan HCl, maka pada termometer tidak akan terjadi
pnurunan suhu, karena massa jenis HCl lebih besar dan merupakan larutan yang
pekat. Sebaliknya apabila diganti dengan NaOH, maka akan diperlukan waktu yang
relatif lebih lama untuk mencapai perubahan / penurunan suhu, sehingga akan
menyebabakan nilai
H
akan semakin kecil.
3.
Simpulakan harga
pelarutan NaOH,
bila jumlah NaOH ditambah atau dikurangi dari 5 gram ?
Jawab :
a. Misal Ditambah 1 gram
= 362,609 x 10-3 x
=
= 2417,3933 x 10-3 J
b.
Misal Dikurangi 1 gram
= 362,609 x 10-3 x
=
= 3626,09 x 10-3 J
Jadi, apabila jumlah pelarut NaOH ditambah
maka H
pelarutan NaOh akan semakin kecil, dan berlaku sebaliknya, apabila jumlah
pelarut NaOH dikurangi maka H pelarutan NaOH akan menjadi semakin besar. Hal ini
disebabakan bahwa H
pelarutan berbanding terbalik dengan massa pelarutnya.
Daftar pustaka
Alberty,
R.A dan Daniel, F . 1992 ..Kimia Fisika. Jilid I . Edisi 5 . Penerjemah : Sudja . Erlangga . Jakarta
Atkins,
P.W . 1990 . Kimia Fisika. Jilid I .
Edisi 6 . Penerjemah : Kartohadiprojo . Erlangga . Jakarta
Basri,
S . 2002 .Kamus Lengkap Kimia. Rineka
Cipta . Jakarta
Brady,
J.C . 1999 .Kimia Universitas : Asas dan
Struktur. Jilid I . Edisi 5 . Penerjemah : Sukmanah, Ramiarti, Anas dan Sally .
Binarupa Aksara . Jakarta
Chang,
R. 1995. Chemistry. Random House: USA
Oxtoby,
D.W, Gills, H.P dan Nachtrieb, N.H . 2001 .Prinsip-prinsip
Kimia Modern. Jilid II . Edisi 6 . Penerjemah : Suminar
. Erlangga . Jakarta
Sukardjo.
1989. Kimia Anorganik. Bina Aksara:
Yogyakarta
0 komentar:
Post a Comment