TUGAS EKONOMI PERTANIAN
PERAN SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI RIAU
OLEH:
AGUS P. BUDI E1J010051
AYYI APRIANTO E1J010050
IMAM KAISAR E1J010003
INGGI PAMUNGKAS E1J010092
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BENGKULU
2013
BAB I
PENDUHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peranan sektor pertanian dalam perekonomian suatu negara atau suatu daerah
dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu:
a. Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) atau
terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
b. Kontribusi sektor pertanian terhadap kesempatan kerja
c. Kemampuan sektor pertanian dalam menyediakan keragaman menu makanan
yang nantinya sangat mempengaruhi pola konsumsi dan gizi masyarakat.
d. Kemampuan sektor pertanian dalam mendukung perkembangan industri hulu
dan industri hilir.
e. Ekspor hasil pertanian akan memberikan sumbangan devisa bagi negara.
Sektor pertanian merupakan faktor yang amat strategis, merupakan basis
ekonomi rakyat di pedesaan, menguasai kehidupan sebagian besar penduduk,
menyerap lebih separuh total tenaga keija dan bahkan menjadi katub pengaman pada
krisis ekonomi Indonesia.
Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) suatu
negara selalu mengalami penurunan di negara-negara miskin, data dari Bank Dunia
menunjukkan bahwa kontribusi sektor pertanian terhad PDB turun dari 60 Persen
pada tahun 1965 menjadi 28 Persen pada tahun 2000. Dan untuk kelompok negara
middle Income turun dari 22 persen menjadi 16 persen dan negara maju turun dari 5
persen menjadi 2 persen pada periode 1965 - 2000. Di Indonesia kontribusi sektor
pertanian pada tahun 1965 sebesar 57,1 persen turun menjadi 17 persen pada tahun
2000.
Kontribusi sektor pertanian semakin kecil dengan berkembangnya suatu
perekonomian. Karena semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi suatu negara maka
tingkat pendapatan masyarakat juga meningkat. Dengan meningkatnya pendapatan
masyarakat proporsi pengeluaran untuk makanan yang diproduksi sektor pertanian
akan relatif menurun.
1.2 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui peranan sektor pertanian dalam
perekonomian daerah Riau.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) Riau
Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) Riau. Dari data perkembangan nilai tambah sektor pertanian dan Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) Riau tahun 1983 - 2008 dapat diketahui nilai
tambah sektor pertanian dari tahun ke tahun terus meningkat baik menurut harga
berlaku maupun menurut harga konstan. Pada periode 1983 - 1992 kontribusi sektor
pertanian terdaftar PDRB berdasarkan harga berlaku berkisar antara 25,47% - 28,88%
dan 27,99% - 30,71% atas dasar harga konstan. Pada periode 1993 - 1999 kontribus
sektor pertanian teriiadap PDRB berkisar antara 16,90% - 24,46% atas dasar harga
berlaku dan 16,06% - 19,11% atas dasar harga konstan, dari tahun 1993 – 1997
kontribusi cenderung menurun, tahun 1998 dan 1999 kontribusinya naik. Pada periode
2000 - 2008 kontribusi sektor pertanian atas dasar harga berlaku terhadap PDRB
berkisar antara 35,63% - 43,48% dan relatif cenderung menurun. Dari data-data
tersebut dapat kita ketahui peranan sektor pertanian di daerah Riau masih relatif besar.
Rata-rata laju pertumbuhan sektor pertanian selama periode 1983-1992 adalah
8,46% per tahun lebih besar dari rata-rata laju pertumbuhan PDRB Riau pada periode
yang sama yaitu 7,88% per tahun. Rata-rata laju pertumbuhan sektor pertanian selama
periode 1993-1999 adalah 4,86% per tahun lebih kecil dari rata-rata laju pertumbuhan
PDRB Riau sebesar 6,34% per tahun pada periode yang sama. Rata rata laju
pertumbuhan sektor pertanian pada periode 2000-2008 adalah 5,98% pertahun lebih
kecil dari rata-rata laju pertumbuhan PDRB Riau pada periode yang sama yaitu 8,37%
per tahun. Sub sektor pertanian yang memberikan kontribusi terbesar adalah sub
sektor perkebunan dan sub sektor kehutanan.
Selama periode 1983 - 1993 sub sektor tanaman bahan makanan memberikan
kontribusi terbesar kepada PDRB dan sektor pertanian. Pada tahun 1993
kontribusinya pada PDRB dan sektor pertanian masing-masing 15,22% dan 52,70%
dan pada tahun 1993 kontribusinya masing-masing sebesar 6,36% dan 30,75%. Pada
periode 2003-2008 kontribusi sub sektor tanaman bahan makanan terhadap PDRB dan
sektor pertanian cenderung menurun. Pada periode 2003-2008 sub sektor perkebunan
dan sub sektor kehutanan yang memberikan kontribusi yang relatif besar. Kontribusi
sub sektor perkebunan pada tahun 2003 terhadap PDRB dan sektor pertanian masiagmasing
16,89% dan 45,03% dan pada tahun 2008 menjadi 18,03% dan 50,60%. Pada
tahun 2003 sub sektor kehutanan memberikan kontribusi terhadap PDRB dan sektor
pertanian masing-masing 12,06% dan 32,15% dan pada tahun 2008 menjadi 11,52%
dan 32,33%. Kontribusi sub sektor perkebunan dan kehutanan terhadap PDRB dan
sektor pertanian cenderung meningkat. Sedangkan sub sektor tanaman bahan
makanan, petemakan, dan perikanan cenderung menurun. Disini terlihat peranan sub
sektor perkebunan dan kehutanan dalam perekonomian daerah Riau relatif besar.
2.2 Kontribusi sektor pertanian terhadap kesempatan kerja
Pembangunan sektor pertanian diharapkan dapat memperluas kesempatan
kerja untuk meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan
masyarakat dan kebutuhan bahan baku bagi industri, sehingga dapat meningkatkan
pendapatan petani. Konstribusi sektor pertanian terhadap kesempatan kerja di Riau
berkisar antara 52,18% - 59,72% dan angka ini cenderung menurun tetapi masih
diatas 50%. Hal ini menunjukkan sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat
besar pada kesempatan kerja di Riau. Rata-rata laju pertumbuhan kesempatan kerja
sektor pertanian didaerah Riau pada umumnya lebih rendah dibandingkan rata-rata
laju pertumbuhan kesempatan kerja di Riau. Pada periode 1985-1995 rata-rata laju
pertumbuhan kerja disektor pertanian 4,14% per tahun lebih kecil dibandingkan ratarata
laju pertumbuhan kesempatan kerja di Riau sebesar 5,45% per tahun. Pada
periode 1990-2000 rata-rata laju pertumbuhan kesempatan kerja disektor pertanian
4,64% per tahun lebih rendah dari rata-rata pertumbuhan kesempatan kerja di Riau
sebesar 5,66%. Pada periode 1995-2005 rata-rata laju pertumbuhan kesempatan kerja
sektor pertanian 1,19% per tahun lebih rendah dari rata-rata laju pertumbuhan
kesempatan kerja di Riau sebesar 1,29% per tahun.
Perubahan struktur ekonomi suatu daerah juga dapat dilihat dari angka Indeks
Produktivitas Relatif (IPR). Indeks Produktivitas Relatif bermanfaat dalam
menggambarkan perubahan dalam struktur produksi (pendapatan masyarakat) dan
kesempatan kerja. Indeks produktivitas Relatif adalah perbandingan persentase
sumbangan sektor terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan persentase sektor
terhadap kesempatan kerja. Untuk propinsi Riau, Indeks Produktivitas Relatif (DPR)
menggambarkan perubahan dalam struktur PDRB Propinsi Riau dan kesempatan kerja
didaerah ini. IPR di Propinsi Riau merupakan perbandingan persentase sumbangan
sektor-sektor terhadap PDRB propinsi Riau dengan persentase kesempatan kerja.
IPR sektor pertanian pada tahun 1985 adalah 0,46 (IPR terendah), dan IPR
yang terbesar adalah sektor industri 1,80. Pada tahun 2005, IPR sektor pertanian 0,73,
walaupun sudah tejadi peningkatan, dan IPR terbesar adalah sektor industri 7,19. IPR
sektor pertanian pada tahun 1985 sebesar 0,46 meningkat pada tahun 2005 menjadi
0,73, sektor industri pada tahun 1985 sebesar 1,80 naik menjadi 7,19 pada tahun 2005.
IPR sektor jasa-jasa lainnya pada tahun 1985 sebesar 1,79, pada tahun 2005 sebesar
0,69. Hal ini menjelaskan bahwa ketika sumbangan sektor pertanian terhadap PDRB
naik dari 27,66 persen menjadi 38,16 persen, mereka yang bekerja di sektor Pertanian
turun dari 59,72, menjadi 52,18 persen. Untuk sektor industri dengan meningkatnya
sumbangan sektor Industri terhadap PDRB dari 7,67 persen menjadi 31,86 persen,
pergeseran tenaga kerja terjadi dari 4,25 persen menjadi 4,43 persen. Sedangkan
untuk sektor jasa-jasa dengan menurunnya sumbangan sektor ini terhadap PDRB dari
64,67 persen menjadi 29,86 persen, pergeseran tenaga kerja dari 36,03 persen menjadi
43,39 persen. Disini terlihat tenaga kerja yang tergeser dari sektor pertanian
tertampung pada sektor jasa-jasa lainnya. Dari angka-angka tersebut terlihat di
propinsi Riau, pergeseran tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor sektor industri
0,18% ke sektor jasa-jasa adalah sebesar 7,36 persen. IPR sektor pertanian pada tahun
1990 sebesar 0,42 (IPR terendah) dan IPR yang terbesar adalah sektor jasa 1,83. Pada
tahun 2000 IPR sektor pertanian tetap yang terendah (0,82), walaupun sudah terjadi
peningkatan dan IPR terbesar adalah sektor industri. IPR sektor pertanian pada 1990
sebesar 0,42 meningkat pada tahun 2000 menjadi 0,82. IPR sektor industri pada tahun
1990 sebesar 1,63 menjadi 2,38 tahun 2000.
IPR sektor jasa-jasa lainnya pada tahun 1990 sebesar 1,83 turun pada tahun
2000 menjadi 1,00. Hal ini menjelaskan bahwa ketika sumbangan sektor pertanian
terhadap PDRB naik dari 24,61% menjadi 43,49%, mereka yang bekerja di sektor
pertanian turun dari 58,13% menjadi 52,73%. Untuk sektor industri dengan
meningkatnya sumbangan sektor industri terhadap PDRB dari 10,82% menjadi
16,12%. Pergesearan tenaga kerja yang tejadi dari 6,62% menjadi 6,78%. Sedangkan
untuk sektor jasa-jasa dengan menurunnya sumbangan sektor jasa terhadap PDRB
dari 64,57% turun menjadi 40,39%, pergeseran tenaga kerja dari 35,25% menjadi
40,49%. Disini terlihat tenaga kerja yang tergeser dari sektor pertaman tertampung
pada sektor industri dan sektor-sektor jasa-jasa lainnya. Dari angka-angka tersebut
terlihat didaerah tingkat I Riau, pergeseran tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor
industri sebesar 0,16% dan ke sektor jasa-jasa sebesar 5,24%. Sektor pertanian masih
merupakan sektor terbesar yang menyerap tenaga kerja di daerah tingkat I Riau.
2.3 Produktivitas tenaga kerja disektor pertanian
Pembangunan pertanian diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani.
Pendapatan petani akan meningkat jika produktivitas tenaga kerja disektor pertanian
meningkat. Produktivitas tenaga kerja dapat diketahui dengan membandingkan nilai
tambah sektor pertanian dengan jumlah kesempatan kerja disektor tersebut. Tahun
2005 produktivitas tenaga kerja disektor pertanian masih dibawah nilai rata-rata
produktivitas tenaga kerja di Riau. Rata-rata laju pertumbuhan produktivitas tenaga
kerja sektor pertanian tahun 1985-1990 sebesar 2,33% pertahun lebih tinggi dari laju
pertumbuhan produktivitas di Riau sebesar 1,16% pertahun. Rata-rata laju
pertumbuhan produktivitas tenaga kerja sektor pertanian periode 2000-2005 sebesar
12,25% per tahun lebih rendah dari rata-rata laju pertumbuhan produktivitas tenaga
kerja di Riau sebesar 19,08% per tahun pada periode yang sama. Untuk meningkatkan
produktivitas tenaga kerja disektor pertanian perlu ditingkatkan pengetahuan dan
keterampilan petani.
2.4 Peranan ekspor hasil pertanian
Ekspor hasil pertanian akan memberikan sumbangan devisa bagi daerah atau
negara. Ekspor merupakan variabel injeksi dalam perekonomian suatu daerah, artinya
jika ekspor meningkat maka perekonomian daerah tersebut akan lebih meningkat lagi,
karena adanya proses multiplier untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Ekspor
hasil pertanian US $ 4.157.09 dan pada tahun 2007 bemilai US $ 34.792,38, rata-rata
laju pertumbuhan ekspor hasil pertanian 10,14% per tahun. Konstribusi ekspor hasil
pertanian tahun 1985-1995 relatif meningkat, tetapi pada tahun 2004 dan 2007 relatif
turun.
BAB III
KESIMPULAN
Peranan sektor pertanian dalam perekonomian Riau sangat penting.
Sumbangan sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bmto (PDRB) Riau
masih relatif besar berkisar antara 6,90% - 43,48%. Besamya kontribusi ini ditunjang
oleh sub sektor perkebunan dan kehutanan. Kontribusi sektor pertanian terhadap
kesempatan kerja masih diatas 50% yaitu berkisar antara 52,18% - 59,72% dan relatif
cenderung menurun, tetapi peranannya masih sangat besar. Produktivitas tenaga kerja
disektor pertanian lebih rendah dibandingkan produktivitas tenaga kerja di Riau. Hal
ini disebabkan rendahnya kualitas sumber daya manusia. Nilai ekspor hasil pertanian
di Riau cenderung meningkat, tetapi kontribusinya terhadap ekspor non migas relatif
menurun.
DAFTAR PUSTAKA
Kantor Statis Prop Riau 1991. Perkiraan Pendapatan Regional Riau 1983-1990.
Badan Pusat Statistik Propinsi Riau. 2000. Riau Dalam Angka 2005. Pekanbaru
Badan Pusat Statistik Propinsi Riau. 2005. Riau Dalam Angka 2008. Pekanbaru
Badan Pusat Statistik Propinsi Riau. 2008. Riau Dalam Angka 2008. Pekanbaru
Badan Pusat Statistik Propinsi Riau. 2005. Pendapatan Regional Riau Menurut
Lapangan Usaha. 2000-2004.
Badan Pusat Statistik Propinsi Riau. 2009. Pendapatan Regional Riau Menurut
Lapangan Usaha. 2004-2008
Badan Pusat Statistik Propinsi Riau. 1995. Pendapatan Regional Riau. 1993 - 1995
Badan Pusat Statistik Propinsi Riau. 2004. Profil ketenaga kerjaan Propinsi Riau
tahun 2004. Pekanbaru
Arifin, Bustanul. 2004. Analisis Ekonomi Pertanian Indonesia. PT Kompas Media
Nusantara. Jakarta
Soekartawi, Dr. 1991. Agribisnis. Teori dan Aplikasinya. Penerbit CV. Rajawali,
Jakarta.
Thursday, November 28, 2013
Home »
Laporan Praktikum
» EKONOMI PERTANIAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI RIAU
0 komentar:
Post a Comment