Thursday, November 28, 2013

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH “Distribusi Ukuran Partikel Dan Tekstur”

LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH
“Distribusi Ukuran Partikel Dan Tekstur”
Oleh :
Nama : Inggi Pamungkas
NPM : E1J010092
Prodi : Agroekoteknologi
Hari/tanggal : selasa /15 nov 2011
Jam : 14.00 – 16.00 WIB
Co-ass : 1. Dodi Hardiansyah
2. Riezky Panjaitan
LABORATORIUM ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Distribusi ukuran partikel adalah parameter dari distribusi partikel – partikel primer
didalam contoh tanah. Partikel-partikel tanah mencakup sebaran yang sangat besar, mulai
dari batu ( lebih kecil dari 0,2m ) hingga liat (lebih kecil dari 2 mikro meter). Namun
partikel-partikel yang dikategorikansebagai bahan pembentuk tanah adalah yang berukuran
lebih kecil dari 2 mm dan dibagi menjadi tiga kelompok utama: pasir, debu, liat. Batasan
ukuran dari ketiga fraksi tersebut sangat tergantung pada sistim klasifikasi yang digunakan
sebagaimana terlihat dalam tabel 5.1 berikut.
Tabel 5.1 kelas ukuran partikel (mikrometer) menurut sistim klasifikasi (Marshall dan
Holmes, 1988)
fraksi ISSS USDA MIT dan BSI
Liat < 2 < 2 < 2
Debu :
Halus
Sedang
Kasar
2 – 20
-
-
-
2 – 50
-
-
-
2 – 6
6 – 20
20 – 60
Pasir :
Sangat halus
Halus
Sedang
Kasar
Sangat kasar
-
20 – 200
-
200 – 2000
-
50 – 100
100 – 250
250 – 500
500 – 1000
1000 – 2000
-
60 – 200
200 – 600
600 – 2000
-
Batu : > 2000 > 2000 > 2000
Keterangan :
ISSS = International Society of Soil Science; USDA = United States Departement of
Agriculture
MIT = Massachusets Institute of Technology (USA); BSI = British Standart Insitute
1.2 Tujuan
 Menetapkan distribusi ukuran partikel tanah.
 Menetapkan kelas teksturtanah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tekstur tanah menunjukan persentase (berdasarkan berat) dari ketiga komponen fraksi
mineral tanah, yakni pasir (sand), debu( silt) dan liat liat (clay). Ketiga fraksi tanah ini
dibedakan satu sama lain oleh diameter partikel-partikel yang bersangkutan. Bagi partikel
yang tidak terbentuk bulat dianggap diameter yang sama dengan rata-rata antara ukuran
maksimumnya dan minimumnya.(Suharidi,1997).
Penetapan distrisbusi ukuran partikel tanah pada umumnya pada prinsipnya menjadi dua
tahap yaitu
 Disintegrasi agregat menjadi partikel-partikel primer
 Pengukuran distribusi ukuran partikel-pertikel yang sudah terdispersi
Disentegrasi aggregat dimaksudkan untuk pengukuram distribusi ukuran partikel dilakukan
dengan menetapkan konsentrasi padatan di dalam suspensi berkala setelah suspensi tersebut
dibiarkan mengendapa beberapa saat. (Anonim,2007)
Partikel tanah yang berdiameter 2 mm tidak termasuk dalam kelompok tekstur tanah.
Penamaaan tekstur tanah menggunakan kata-kata seperti pasir (sand), liat (clay), dan debu
(silk). Lempung menunjukkan campuran antara pasir, debu dan liat pada perbandingan yang
hampir sama. Nama tekstur tanah menunjukkan berat masing-masing fraksi mineral tanh
hingga batas-batas tertentu. Penamaaan ini dipermudah dengan menggunakan segitiga tekstur
tanah. Tekstur tanah akan bervariasi berdasarkan kedalaman profilnya. Horizon B yang lebih
kaya liat, dengan horizon A ini biasanya memiliki aerasi yang kurang baik dibandingkan
dengan horizon B. (Suhardi, 1997)
Penetapan distribusi ukuran partikel dan tekstur tanah dilakukan dengan
menggunakan berbagai metode. Metode yang paling umum digunakan adalah metode
Hydrometer dan metode pipet. Kedua metode tersebut menggunakan menggunakan prinsip
pengukuran konsentrasi partikel di dalam suspensi. Keuntungan metode hydrometer adalah
cepat danmudah dilaksanakan, sedangkan metode pipet memilki tingkat ketelitian yang
tinggi. Selai kedua metode tersebut juga dikenal metode sedigarph, dimana seberkas sinar
yang tertangkap oleh sensor berarti semakin halus ukuran partikel yang ada didalam suspensi.
(Anonim,2007)
Tanah yang didominasi oleh pertikel-partikel yang berukuran besar akan tahan
terhadap erosi karena partikel-partikel itu sukar untuk diangkut. Disamping itu, tanah-tanah
yang bertekstur kasar (tanah-tanah berpasir) mempunyai kapasitas dan laju infiltrasi yang
ttinggi, sehingga jika tanh tersebut dalam maka erosi akan diabaikan. Tanah-tanah bertekstur
pasir halus juga mempunyai kapasitas infiltrasi yang tinggi tetapi jika terjadi aliran
permukaan maka butir-butir halus ini kan mudah sekali terangkut (Arsyad,1980).
Tanah-tanah yang mengandung partikel yang berukuran halus (liat) akan tahan
terhadap erosi karena adanya gaya kohesi yang tinggi antar partikel itu. Hal ini telah
dbuktikan oleh penelitian Bouyoucos (1935) yang mendapatkan bahwa tanah-tanah yang
berkadar liat rendah. Tanah-tanah yang mempunyai kandungan liat 9-35 % agalah tanahtanah
yang peka terhadap erosi. Sebaliknya, tanah-tanah yang mengandung liat di atas 35%
umumnya tahan terhadap erosi, karena dapat membentuk agregat yang mantap. Debu
mempunyai peran yang positif terhadap erosi dan liat mempunyai peran yang negatif. Tnah
yang mengandung debu antara 40-69% adalah tanah yang sangat peka terhadap erosi.
Bagaimana pun juga, penggunaan kandungan liat sebgai indikator erodibilotas secara teoritis
dirasa lebih memuaskan, sebab partikel-partikel liat merupakan faktor penetu dalam
pembentukan dan sekaligus stabilitas aggregat tanah.
Pisahan pasir terdiri dari kuarsa, pecahan felspar, mika dan kdang juga disrkon,
turmalin dan hornblende. Pisahan pasir mempunyai matra nisbi seragam dengan bentuk
membulat yang permukaan luarnya sering kasar. Pisahan debu terdiri dari kumpulan pisahan
dengan ukuran dan antara pasir dan lempung. Gtra fisis-mine logisnya pasir tetapi ukurannya
lebih kecil. Luas persatuan masanya lebih besar dan sering dilapisi lempung yang terrap kuat.
Pada kasus tertentu, pisahan ini memperlihatkan peragai fifikokimiawi, lempung. Pisahan
lempung terdiri dari pelikon-pelokon hasil pelapukkan batuan.pada bagian lempung yang
kasar (Kart0, 1991)
Tekstur tanah menggambarkan persentase (berdasarkan berat) dari ketiga komponen
penyusun fraksi mineral tanah, yakni pasir (sand) debu (silt), dan liat (clay). Ketiga fraksi
tanah ini dibedakan satu sama lain oleh diameter partikel-partikel yang besangkutan. Bagi
partikel yang dianggap tidak bulat dianggap memiliki diameter yang sama dengan rata-rata
antara ukuran maksimum dan minimumnya. Partikel tanah yang mempunyai diameter > 2
mm tidak termasuk kedalam kelompok tekstur tanah. Partikel-partikel tanah seperti kerikil
dan batu dapat mempengaruhi kemudahan pengolahan tanah. Namun partikel-partikel tidak
berpengaruh secara langsung sifat- sifat dasar tanah seperti kemampuan penahan air,
penyedia hara tanah dan sebagainya.
Setiap partikel tanah memberikan peran yang sangat penting bagi sifat tanah secara
keseluruhan. Liat bersama-sama bahan organik memegang peran yang sangat penting dalam
menahan air tanah serta ketersediaan hara bagi tanaman. Partikel-partikel yang halus juga
berperan bagi agen perekat. Partikel-partikel tanah yang lebih besar atau kasar untuk
membentuk agregat atau struktur tanah. Sementara itu partikel tanah yang lebih besar lagi
berperan sebagai penyusun kerangka tubuh tanah, mempertanahkan permeabilitas tanahserta
meningkatkan aerasi tanah. Selain itu partikel yang lebih besar ini juga membuat tanah
menjadi lebih tanah terhadap gaya berat yang terjadi di atas permukaan tanah. (Suhardi,
1997)
BAB III
BAHAN DAN METODELOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan adalah contoh tanah yang telah dihaluskan, mixer
elektronik, silinder 1-1, beaker 600 ml, timbangan, oven, calgon 5 %, amyl alkohol dan
akuades.
3.2 Cara Kerja
Kalibrasi Hydrometer
3.2.1 Memasukkan 100 ml larutan larutan calgon 5 % ke dalam silinder sedimentasi
kapasitas 1 1 dan menambahkan akuades dengan suhu ruang hingga mencapai
volume 1 1.
3.2.2 Kemudian mengaduk larutan secara merata dengan alat pengaduk yang
digerakkan naik turun dan mencatat suhunya.
3.2.3 Kegunaan larutan blanko ini adalah untuk mengoreksi pembacaan hydrometer
pada suspensi contoh tanah dan pembacaan pada kedua larutan tersebt harus
dilakukan secara bersamaan.
Dispersi tanah
3.2.1 Menimbang 50 g tanah (Wt) dan memasukkan ke dalam beaker 600 ml dan
kemudian menambahkan 250 ml akuades dan 100 ml 5 % dan membiarkan contoh
tanah terendam selama satu malam
3.2.2 Memindahkan suspensi ke silinder sedimentasi dan menambahkan akuades hingga
mencapai volume 1 1.
Pengukuran hydrometer
3.2.1 Mendiamkan suspensi beberapa saat sampai suhunya konstan kemudian mencatat
suhu tersebut.
3.2.2 Memasukkan alat pengaduk ke dalam silinder dan aduk isinya secara merata
dengan menggerakkan alat tersebut naik turun kemudian menambahkan satu tetes
amyl alkohol bila permukaan suspensi ditutupi oleh buih.
3.2.3 Setelah pengadukkan selesai, memasukkan hydrometer ke dalam suspensi dan
membaca skala 30 detik (Rl). Pembacaan ini menunjukkan kandungan liat + debu
di dalam suspensi. Mengeluarkan hydrometer, mencuci dan mengeringkan dengan
kain bersih selanjutnya memasukkan ke dalam larutan blanko, kemudian
membaca dan mencatat skalanya.
3.2.4 Mengulangi pembacaan setelah 24 jam. Pembacaan ini digunakan untuk
menghitung kandungan liat di dalam suspensi.
Pengitungan Distribusi Ukuran Partikel
3.2.1 Hidrometer dikalibrasikan pada suhu 200C, karena itu penghitungan distribusi
ukuran partikel harus didasarkan pada suhu tersebut. Fraksi pasir, liat dan debu
dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
Wt
R RL T x La
pasir
[( 1 1) 0,36 ( 1 20)] (100 )
% 100
   
 
Wt
R RL T x La
liat
[( 2 2) 0,36 ( 2 20)] (100 )
%
   

%debu  100  % pasir %liat
Dimana:
R1 = pembacaan hydrometer pada contoh tanah setelah 24 jam
RL1 = pembacaan hydrometer pada blanko setelah 24 jam
T1 = suhu larutan pada pembacaan 24 jam (0C)
R2 = pembacaan hydrometer pada contoh tanah setelah 48 jam
RL2 = pembacaan hydrometer pada blanko setelah 48 jam
T2 = suhu larutan pada pembacaan 48 jam (0C)
0,36 = faktor koreksi suhu
La = kadar lengas contoh tanah kering angina (% berat)
Wt = berat contoh tanah kering angina (50 gr)
Penetapan Kelas Tekstur
3.2.1 Menetapkan kelas tekstur tanah dengan cara memasukkan nilai pasir dan liat ke
dalam segitiga tekstur.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL PENGAMATAN
Sampel R1 R2 RL1 RL2 T1 T2 La Wt
Top soil 11 9/1 8 9/1 - - 28,9 0C 29,6 0C 0,776
0C
50g
Sub soil 21 9/1 16 9/1 - - 28,8 0C 29,5 0C 0,919
0C
50g
Blanko - 3 9/1 2 9/1 29,5 0C - - -
Perhitungan:
Lapisan Top Soil
Wt
R RL T x La
pasir
[( 1 1) 0,36 ( 1 20)] (100 )
% 100
   
 
50
[(11.9 /1 3.9 /1) 0,36 (28,9 20)] (100 0,776)
100
   
 
x
50
(8 3,204) 100,776
100
 x
 
 100  22,582
 77,418%
Wt
R RL T x La
liat
[( 2 2) 0,36 ( 2 20)] (100 )
%
   

50
[(8  2)  0,36 (29,6  20)] (100  0,776)

x
50
(6  3,456) x100 ,776

 19,06%
%debu  100  (% pasir %liat )
 100  (77,42% 19,06%)
 3,52%
Lapisan Sub Soil
% pasir  57,275%
%liat  35,165%
%debu  100  (% pasir %liat )
 100  (57,275% 35,165%)
 7,56 %
Berdasarkan segitiga kelas tekstur tanah, Sub Soil tergolong bertekstur “Lempun
Berpasir”
4.1 Pembahasan
Dari pengamatan yang dilakukan dimana pengamatan dilakukan dengan menggunkan
metode hydrometer dan dengan pengayakan. Dimana lapisan tanah yang dimati yaitu lapisan
tanah top soil dan sub soil. Dari pengamatan yang dilakukan diperoleh angka-angka yang
kemudian dimasukkan kedalam rumus. Maka terdapat perbedaan perbandingan % pasir debu
dan liat. Dimna ketiga fraksi tersebut merupakan bagian dari tekstur tanah.
Pada penentuan % pasir pada top soil maka nilai % pasir dengan metode hydrometer
yaitu 77,418 % , dan pada tanah sub soil nilai persen pasirnya dengan metode yang sama
yaitu 57,275 %. Perbedaan nilai tersebut tentunya sangat jauh namun hal ini disebabkan
karena tekstur tanah dipengaruhi oleh kedalaman profilnya, kita ketahui bahwa lapisan top
soil lebih dangkal daripada sub soil. Lapisan top soil biasanya memilki aerasi yang kurang
baik dan top soil biasanya kaya akan liat.
Pada pengamatan penenetuan persen liat pada top soil persen liatnya yaitu 19,06 %
dan persen liat pada sub soil yaitu 35,165 %. Perbedaan nilai tersebut juga dipengaruhi oleh
kedalaman profilnya. Secara teoritis tanah-tanah tersebut merupakan tnah yang tahan
terhadap erosi karena dapat membentuk aggregat yang mantap. Liat dicirikan oleh
perbandingan antara rasio silika dengan quioksida. Partikel liat merupakan faktor penentu
dalam pembentukan dan sekaligus stabilitas aggregat tanah.
Pada penentuan persen debu pada top soil dimana nilai persen debu pada top soil yaitu
3,52 % dan persen debu pada sub soil yaitu 7,56 %. Perbedaan nilai tersebut juga tentunya
sangat signifikan, hal tewrsebut juga dipengaruhi oleh kedalaman profilnya. Hal ini tentunya
juga berhubungan dengan persen liat yang kita peroleh tadi dimana persen liat tersebut juga
mendukung bahwa tanah sampel yang diamati tidak peka terhadap erosi.
Secara teoritis kita ketahui bahwa terdapat banyak perbedaan antara tanah top soil dan
sub soil yang telah dibuktikan dengan praktikum sebelumnya. Hal tersebut juga yang kita
amati dari praktikum kali ini dimana tanah top soil berbeda perbandingan persen antara liat,
debu dan pasir dengan lapisan sub soil. Hal tersebut juga yang mempengaruhi kesuburan atau
cocoknya tanah tersebut untuk tanaman atau akar tanaman. Tanah yang digunakan pada
pengamatan ini dengan melihat segitiga yaitu sandt loam.
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan dan percobaan pada distribusi ukuran partikel dan tekstrur,
maka dapat disimpulkan bahwa :
 Tanah dengan kandungan pasir yang tinggi lebih mudah untuk melepas air dan
sebaliknya jika kandungan liat yang tinggi lebih sulit melepas air.
 Perbedaan komposisi tanah berarti berbeda pula tekstur dan akan berbeda pula
kesuburan tanah serta kemampuan daya serap tanah.
 Lapisan tanah topsoil dan subsoil memilki tekstur tanah yang sam yaitu bertekstur
pasir (sand)
 Tanah yang baik untuk tanaman adalah tanah yang memiliki perbandingan pasir, liat
dan debu yang tidak terlalu besar
 Untuk menentukan % pasir digunakan rumus :
% Pasir = 100 - {(R1 – RL1) + 0,36 ( T1-20 ) } x ( 100 + La )
 Wt
 Untuk menentukan % liat digunakan rumus :
o % Liat = {(R2 – RL2) + 0,36 ( T2 - 20 ) } x ( 100 + La )
Wt
 Untuk mencari % debu menggunakan rumus :
o % debu = 100 - % pasir - % liat
 Tanah sub soil berbeda persentase nilai teksturnya dengan sub soil
 Persen pasir dengan metode pengayakan diperoleh dengan persamaan:
o % pasir = Wp x (100-la)
 Wt
 Persen debu diperoleh dengan persamaan
o = 100 - %pasir - % liat kedalaman profilnya
 Metode dengan pengayakan lebih akurat daripada metode hydrometer
 Perbedaan persen debu,liat, dan pasir tergantung kepada
DAFTAR PUTAKA
Suhardi, M.Sc. 1997. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bengkulu: Fakultas Pertanian Universitas
Bengkulu.
Tim Pengasuh Praktikum. 2007. Petunjuk Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bengkulu:
Lab Ilmu Tanah UNIB.
Hadati, Halia Nur. 1996. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.
Bowles, Joshepe. 1991. Sifat-sifat Fisik Bioteknik Tanah. Erlangga. Jakarta
Karto Sapoetra. 1991. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. PT Riko cipta: Jakarta

0 komentar:

Post a Comment