Thursday, November 28, 2013

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH “Karbon Dan Bahan Organik Tanah”

LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH
“Karbon Dan Bahan Organik Tanah”
Oleh :
Nama : Inggi Pamungkas
NPM : E1J010092
Prodi : Agroekoteknologi
Hari/tanggal : selasa /15 nov 2011
Jam : 14.00 – 16.00 WIB
Co-ass : 1. Dodi Hardiansyah
2. Riezky Panjaitan
LABORATORIUM ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahan organik merupakan sifat tanah yang penting karena kontribusinya terhadap
sifat-sifat tanah yang lain. Fungsi bahan organik di dalam tanah berpengaruh terhadap sifatsifat
fisik (seperti kemantapan agregat, penetrabilitas akar tanah, kemampuan tanah menahan
air), sifat kimia (kapasitas pertukaran kation, kandungan nitrogen, ketersediaan fosfor) dan
biologi tanah (aktifitas mikroba tanah). Oleh sebab itu, terjadi degradasi suatu lahan misalnya
oleh erosi atau penambangan, umumnya diawali menurunnya kandungan bahan organik di
dalam tanah. Sebaliknya usaha rehabilitasi lahan yang telah mengalami degradasi biasanya
diawali dengan cara mengembalikan bahan organik yang hilang itu. Beberapa usaha seperti
melalui program penghijauan serta menambah input organic seperti penambahan pupuk
kandang, pupuk hijau dan kompos, semuanya difokuskan pada penambahan bahan organik
tanah.
1.2 Tujuan Praktikum
 Menentukan kandungan karbon dan bahan organi di dalam tanah
 Membandingkan kandungan karbon dan bahan organik dari beberapa sample tanah
 Melihat secara kualitatif hubungan antara kandingan karbon dan bahan organic tanah
dengan hasil pengamatan morfologi profil di lapangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Hardjowigeno, tanah yang banyak mengandung humus atau bahan organik
adalah tanah-tanah lapisan atas atau top soil. Semakin ke lapisan bawah tanah maka
kandungan bahan organik semakin berkurang, sehingga tanah semakin tidak subur. Oleh
karena itu top soil perlu dipertahankanKarbon merupakan bahan organik utama.
Karbon yang ditangkap tanaman merupakan berasal dari CO2 di udara. Kemudian
bahan organik didekomposisikan kembvali dan membebasakan kembali sejumlah karbon.
Perubahan karbon di dalam, di luar, di atas tanah disebut peredaran karbon.
Kandungan bahan organik tanah biasanya ditentukan dengan mengukur kadar karbon
(C) di dalam tanah. Kadar C tersebut kemudian dikalikan dengan 100/58, dengan asumsi
bahwa bahan organic mengandung 58% C. Prinsip-prinsip yang penting dalam penetapan
kandungan bahan organic suatu tanah adalah sebagai berikut: Bahan organik dioksidasi, baik
dengan K2Cr2O7 dan H2SO4 pekat, maupun melalui pembakaran. Selanjutnya, kehilangan
bahan organic setelah dioksidasi ditetapkan, misalnya dengan menghitung kelebihan K2Cr2O7
yang tidak tereduksi oleh bahan organik (metode volumetrik). Atau dengan menetapkan
jumlah gas CO2 hasil pembakaran (metode LECO)
Faktor-faktor yang mempengaruhi bahan organic tanah, antara lain:
1. Kedalaman lapisan, menentukan kadar bahan organic dan N . Bahan organic
terbanyak pada lapisan atas setebal 20 cm (15-20%), makim kebawah makin
berkurang.
2. Faktor iklim, suhu dan curah hujan, makin ke daerah dingin kadar bahan organic dan
N makin tinggi.
3. Tekstur tanah, makin tinggi kandungan liat makin tinggi pula kandungan bahan
organic tanah bila kondisi yang lainnya sama.
4. Drainase buruk, dimana air berlebih, oksidasi terhambat karena drainase buruk
mengakibatkan bahan organic naik dari pada tanah berdrainase baik.
5. Vegetasi penutup lahan, adanya kapur juga mempengaruhi kadar bahan organic tanah
(Nurhayati Hakim, 1986).
Adapun cara untuk mempertahankan atau meningkatkan kandungan bahan organic
tanah, antara lain:
1. Sumber bahan organic tibak disia-siakan, seperti:
a. Memberikan bahan hijau sukulen
b. Menambah pupk kandang
c. Penutupan sisa tanaman diatas tanah
2. Mempertahankan jaminan pelapukan, melalui:
a. Menjaga reaksi tanah (pH)
b. Menciptakan drainase yang sesuai
c. Menambahkan pupuk sang cukup
3. Rotasi tanam, mengatur penanaman secara bergilir dapat mempertahankan bahan
organic tanah.
Bahan organik yang terlapuk akan memiliki nisbah C/N yang lebih rendah. Penurunan
jumlah C pada bahan organi ini berarti penurunan jumlah energi yang tersedia bagi jasad
renik tanah. Dengan demikian perkembangan jasad renik tanah akan berkurang sehingga
hara-hara tanaman yang dibebaskan dari peromabakan bahan organik akan dengan mudah
digunakan oleh tanaman. Pada kondisi ini proses mineralisasi akan lebih dominan dengan
proses imobilisasi. Bahan organik yang segar mengandung nisbah C/N > 30 biasanya
menunjukkan imobilisasi yang lebih penting dibandingkan mineralisasi. Bahan organik yang
akan dikategorikan sebagai matang apabila mengandung nisbah C/N <18. Tanah-tanah
pertanian biasanya mengandung bahan organik engan nsbah C/N antara 8 hingga 10
BAB III
METODELOGI
3.1 Alat dan bahan
 Buret
 Labu ukur 1000 ml
 Pipet
 Erlenmeyer 50 ml
 Stop watch
 Timbangan
 Botol semprot
 Gelas ukur
 Sampel tanah topsoil 0,5 mm
 Sampel tanah subsoil 0,5 mm
 K2Cr2O7 1 N
 H2SO4 pekat (96%)
 H3PO4 (85%)
 Diphenyl amine
 FeSO4 0,5 N
 Aquqdes (H2O)
3.2 Cara kerja
1. Menimbang sample tanah topsoil dan subsoil 0.5 mm masing-masing 0.1 gr
2. Memasukan sample tanah tersebut ke dalam labu ukur 0.5 mm
3. Menambahkan kedalamnya 10 ml K2Cr2O7 1 N dengan pipet
4. Menambahkan 10 ml H2SO4 pekat (memakai gelas ukur)
5. Mengocok dengan gerakan mendatar dan memutar
6. Warna harus tetap merah jingga, jika warna berubah menjadi hijau atau biru maka
tambahkan lagi K2Cr2O7 1 N dan H2SO4 (jumlah penambahan dicatat). Diamkan
selama 30 menit sampai larutan menjadi dingin
7. Menambahkan 5 ml H3PO4 25% dan 1 ml indicator diphenyl amine
8. Menjadikan volume 50 ml dengan menambahkan aquades dengan memakai botol
semprot
Bahan Organik = C × 100/58
9. Mengoocok dengan membolak-balik sampai homogen dan biarkan mengendap
10. mengambil dengan pipet 5 ml larutan yang jernih,masukan ke dalam Erlenmeyer 50
m, dan tambahkan 15 ml aquades
11. Melakukan Titrasi dengan FeSO4 0,5 N hingga warna berubah kekuning-kuningan
12. Mengulangi langkah-langkah diatas untuk blanko (tanpa tanah).
13. Menghitung kadar karbon dan bahan organik, dengan rumus:
100%
100
100
( ) 3 10 100 / 77 4 4 4 
 





   

Wt
Kl
ml FeSO blanko ml FeSO sampel N FeSO
C
Dan
Keterangan:
C : Karbon organic (%)
N : Normalitas
Wt : Berat sample tanah kering angin
Kl : Kadar lengas sample tanah
100/77 : Rasio antara C
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel Hasil Pengamatan
Sampel Kl (%) Titrasi dengan
FeSO4
Wt (mg) C (%) BO (%)
Topsoil 44,9 1,5 ml 100 1,948 % 3,358 %
Subsoil 17 1.0 ml 100 11,688 % 20,152 %
Blanko - 1,6 ml - - -
Perhitungan
a. Topsoil
3,358%
1,948% 100 / 58
100 / 58
1,948%
100%
100
100 44,9
100
(1.5 1.4 ) 0.5 3 10 100 / 77
100%
100
100
( ) 3 10 100 / 77 4 4 4

 
 









   


  





   

Bahan Organik C
mg
ml ml N
Wt
Kl
ml FeSO blanko ml FeSO sampel N FeSO
C
b. Subsoil
20,152%
11,688% 100 / 58
100 / 58
11,688%
100%
100
100 17
100
(1.6 1,0 ) 0.5 3 10 100 / 77
100%
100
100
( ) 3 10 100 / 77 4 4 4

 
 


 





   


 





   

Bahan Organik C
mg
ml ml N
Wt
Kl
ml FeSO blanko ml FeSO sampel N FeSO
C
4.2 Pembahasan
Pada hasil yang didapati dan dari perhitungan, diperoleh data bahwa kadar karbon
pada lapisan Top Soil adalah 1,948 %, sedangkan pada lapisan Sub Soil adalah 11,688 % dari
perhitungan kadar karbon maka diteruskan lagi dengan perhitungan pada Bahan Organik
yang terdapat pada tanah, didapat bahwa Bahan Organik pada lapisan Top Soil adalah 3,358
% dan kadar Bahan Organik pada lapisan sub soil adalah 20,152 % Hasil ini berkebalikan
dengan teori yang semestinya. Pada hasil pengamatan, didapati hasil bahwa bahan organik
yang terdapat pada lapisan top soil jauh lebih kecil dibandingkan dengan kandungan bahan
organik pada lapisan sub soil. Pada teorinya, kandungan bahan organik lapisan top soil lebih
besar dari pada lapisan sub soil.
Kejadian tersebut bisa terjadi karena adanya pencucian (iluviasi) dan penimbunan
yang terjadi karena adanya peran iklim yang mempengaruhi, seperti curah hujan. Akibat
hujan yang terjadi, lapisan yang mulanya adalah lapisan top soil menjadi tertimbun oleh
lapisan lain akibat adanya pncucian oleh air, dan akhirnya tertimbun oleh lapisan yang
memiliki sedikit kadar karbon dan kadar Bahan organik.. Horizon A yang dikenal sebagai
Horizon Pencucian (Iluviasi), maksudnya seluruh kandungan zat hara dan mineral yang ada
di dalamnya akan dicuci oleh aktivitas air (hujan, run-off, dan sebagainya), sehingga bahanbahan
yang tercuci tersebut masuk ke dalam lapisan bawahnya karena terlarut dan ikut masuk
oleh aliran air yang membawanya.
Kemudian pada lapisan bawah atau Horizon B merupakan lapisan atau zona
Penimbunan (Eluviasi) bahan-bahan yang terlarut di dalam lapisan air yang terbawa meresap
ke lapisan ini dari lapisan di atasnya atau lapisan Iluviasi. Bahan-bahan organik yang terbawa
aliran air tertumpuk di daerah ini, hal ini otomatis menyebabkan kandungan bahan organik
pada daerah ini lebih besar dari pada lapisan di atsnya. Hal inilah yang menyebabkan dan
menjelaskan mengapa kandungan bahan organik pada lapisan top soil tersebut lebih kecil
dibandingkan lapisan sub soil.
Sedangakan kandungan C pada kedua lapisan dapat dijelaskan dengan aktivitas
mikroorganisme yang berhubungan dengan kandungan bahan karbon yang dimiliki setiap
lapisan tanah. Pada lapsian top soil, karena kandungan bahan organik yang sedikit, maka
aktivitas mikroorganisme di dalamnya pun sedikit. Hal tersebut menyebabkan kadar bahan C
yang sedikit pula, karena C dihasilkan dari aktivitas jasad renik atau mikroorganisme di
dalamnya. Sedangkan pada lapisan sub soil, karena bahan organiknya tinggi, maka aktivitas
jasad renik pun tinggi. Tingginya aktivitas mikroorganisme yang tinggi tersebut,
menghasilkan kadar C yang tinggi pula pada lapisan ini.
Bahan Organik = C × 100/58
BAB V
KESIMPULAN
 Kandungan bahan C pada tanah tergantung dari aktivitas jasad renik yang
berhubungan dengan kandungan bahan organik yang dikandngnya.
 Tanah yang memiliki kandungan karbon dan bahan organic yang tinggi akan lebih
baik dibanbingkan tanah yang sedikit kandungan karbon dan bahan organic baik bari
segi pertumbuhan tanaman maupum ketahanan (konsistensi) tanah tersebut.
 Pada pengamatan, nilai bahan organik pada lapisan top soil lebih kecil dibandingakan
dengan lapisan sub soil, hal ini berkebalikan dengan teori, Bisa terjadi karena
penimbunan dan pencucian.
 Semakin tinggi kandungan bahan organik dari tanah tersebut akan semakin tinggi juga
kandungan karbonnya.
 Rumus untuk mencari nilai kadar karbon dalam tanah
100%
100
100
( ) 3 10 100 / 77 4 4 4 
 





   

Wt
Kl
ml FeSO blanko ml FeSO sampel N FeSO
C
 Rumus Untuk mencari nilai Bahan organic dalam tanah
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2002. Penuntun Praktikum DDIT. Bengkulu : Fakultas Pertanian Universitas
Bengkulu.
Hakim, dkk. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Lampung : Universitas Lampung .
Hillel, D. 1980. Introduction to Soil Physics: London : Academic Press. Inc.
Seto Kusuma Ananto. 1987. Konservasi Sumber Daya Tanah Dan Air. Jakarta : Kalam
Mulia.
Soepardi, G. 1997. Sifat dan Ciri Tanah. Yogyakarta: Gajah Maga University Press.
Suhardi. 1997. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Bengkulu : Laboratorium Ilmu Tanah Faperta
UNIB.
Titiek, Klami, dkk. Hubungan Tanah, Air Dan Tanaman . Semarang : IKIP Semarang Press.

0 komentar:

Post a Comment