Thursday, November 28, 2013

LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN “Pengenalan Laboratorium Kultur Jaringan dan Peralatan Pendukung”

LAPORAN PRAKTIKUM
KULTUR JARINGAN
“Pengenalan Laboratorium Kultur Jaringan dan Peralatan Pendukung”
OLEH
Nama : Inggi Pamungkas
Npm : E1J010092
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU 2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Bioteknologi merupakan pemanfaatan makhluk hidup untuk mengubah bahan menjadi
produk dan jasa dengan menggunakan prinsip-prinsip ilmiah. Tumbuhan memiliki sifat
totipotensi yang besar, sedangkan hewan memiliki sifat totipotensi yang kecil, tapi pada saat
fase embrio hewan memiliki sifat totipotensi yang besar.
Kultur jaringan adalah menumbuhkan sel atau jaringan pada medium tertentu dalam
kondisi suci hama(aseptis), melalui kultur sel perbanyakan tumbuhan/hewan dapat dilakukan
secara cepat, jumlahnya terbatas, hemat tempat dan waktu, serta memiliki sifat identik.
Perbanyakan itu melalui teknik kloning (reproduksi sexual). Kultur sel tumbuhan dapat
ditumbuhkan menjadi individu baru, sedangkan kultur sel hewan tidak bisa.
Alat-alat yang digunakan dalam kultur jaringan harus steril. Maka dari itu dalam
laboratorium bioteknologi terdapat ruangan- ruangan khusus yaitu ruang sterilisasi, ruang
media, laboratorium, ruang dokumentasi, dan laboratorium produksi kultur. Dalam ruang
sterilisasi terdapat botol kultur, cawan petridish, oven, tabung reaksi, autoclave, kompor
listrik, dan inkubator. Dalam ruang media terdapat botol-botol kultur yang berisi media yang
tempatkan pada rak penyimpanan khusus. Dalam laboratorium terdapat timbangan analitik
dan pipet micron. Dalam ruang dokumentasi terdapat pH meter. Dan dalam laboratorium
produksi kultur terdapat laminar air flow.
Maka berdasarkan hal tersebut di atas, perlu di lakukan pengenalan alat-alat dalam
pembuatan media kultur jaringan. Hal ini di harapkan dapat membantu jalannya praktikum
selanjutnya yaitu pembuatan media.
1.2 Tujuan
Mahasiswa mengetahui dan mengenal desain laboratorium bioteknologi tanaman
secara langsung dan terkunci.
Mahasiswa mengenal alat-alat yang digunakan dalam kegiatan kultur jaringan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam kultur jaringan, pertumbuhan eksplan atau inokulum diusahakan dalam
lingkungan aseptik dan terkendali. Implikasi dari keadaan ini adalah bahwa setiap langkah
dalam pelaksanaanya harus dilakukan dalam laboratorium. Laboratorium yang efektif
merupakan salah satu unsur penting yang ikut menentukan keberhasilan suatu kegiatan, baik
untuk keperluan peneletian, maupun produksi. Laboratorium kultur jaringan sebaiknya
mempunyai pembagian ruangan yang diatur sedemikian rupa sehingga setiap kegiatan
terpisah satu dengan yang lainya, tetapi juga saling berhubungan dan mudah dicapai.
Penataan ruangan dalam laboratorium, dikaitkan dengan langkah-langkah dalam prosedur
kultur jaringan dan alat-alat yang diperlukan. Kegiatan kultur jaringan di dalam laboratorium,
dibagi dalam 3 kelompok yaitu : (1) Persiapan media dan bahan tanaman. (2) Isolasi dan
penanaman. (3) Inkubasi dan penyinaran kultur.
Masing-masing kegiatan harus terpisah satu dengan lainya, dengan peralatan yang
tersendiri, karena kegiatan-kegiatan tersebut, maka ruangan yang dibutuhkan adalah :
1. Ruang persiapan dan ruang stok
2. Ruang isolasi dan penanaman.
3. Ruang kultur.
4. Ruang kantor.
5. Ruang mikroskop atau ruang analisa.
Ruang kultur biasanya merupakan ruang yang terbesar dari ruang laboratorium dan harus
dipikirkan kemungkinan perluasan. Ruang persiapan dan ruang transfer tergantung dari
jumlah dan besar alat-alat, sedangkan ruang stok merupakan ruangan terkecil dan tergantung
dari macam pekerjaan, kadang-kadang dibutuhkan ruang mikroskop dan/atau ruang analisa.
Ukuran tiap ruangan sangat tergantung dari:
A. Alat-alat yang dipergunakan
B. Jumlah personalisa yang terlibat
C. Tujuan pekerjaan
D. kapasitas produksi
E. Biaya yang tersedia.
Ruangan laboratorium harus dijaga tetap bersih, serta bebas dari hewan kecil seperti
tikus dan insek (lalat, semut, kecoa dan lain-lain). Sarana dasar seperti : aliran listrik yang
cukup, air yang lancar, dan gas, merupakan perlengkapan yang dapat dikatakan harus
dimiliki.(Astuti .2003)
Ruang Persiapan
Ruang ini dipergunakan untuk mempersiapkan media kultur dan bahan tanaman yang
akan dipergunakan, sebagai tempat mencuci alat-alat laboratorium, dan tempat untuk
menyimpan alat-alat gelas. Sesuai dengan fungsinya, maka di-ruangan ini terdiri dari :
1. Hot plate dengan magnetic stirer
2. Oven
3. Pengukur pH, dapat berupa pH meter, atau kertas pH indikator
4. Autoklaf
5. Kompor gas
6. Tempat cuci
7. Labu takar, gelas piala, erlenmeyer, pengaduk gelas, spatula, petridish, pipet, botol
kultur, pisau scapel.
Ruang Transfer/Tanam
Ruang transfer merupakan ruang di mana pekerjaan aseptik dilakukan. Dalam
ruangan ini dilakukan kegiatan isolasi tanaman, sterilisasi dan penanaman eksplan dalam
media. Ruangan ini sedapat mungkin bebas dari debu dan hewan kecil, serta terpisah dan
tersekat dengan ruangan lain. Penggunaan AC sangat dianjurkan dalam ruangan ini. Ruang
transfer dilengkapi peralatan sebagai berikut :
1. Laminar air flow cabinet, bisa juga enkas
2. Alat-alat diseksi; pisau bedah/scapel, pinset, spatula, dan gunting.
3. Hand sprayer yang berisi alkohol 70 %
4. Lampu bunsen
Ruang Kultur/Inkubasi
Merupakan ruang yang paling besar dibanding dengan ruangan yang lain. Ruangan ini
harus dijaga kebersihannya dan sedapat mungkin dihindari terlalu banyak keluar masuknya
orang-orang yang tidak berkepentingan. Ruangan ini berisi rak-rak kultur yang berfungsi
untuk menampung botol-botol kultur yang berisi tanaman. Rak ini juga dilengkapi dengan
lampu-lampu sebagai sumber cahaya bagi tanaman kultur. Selain rak kultur, ruang kultur juga
harus dilengkapi dengan AC, pengukur suhu dan kelembapan, serta timer yang digunakan
untuk menghidup-kan dan mematikan lampu secara otomatis.
Cahaya yang digunakan sebagai penerangan, sebaiknya cahaya putih yang dihasilkan
dari lampu flourescent. Lampu flourescent dipakai karena sangat baik dan sangat efisien
dalam penggunaan energi bila dibanding dengan lampu pijar. Karena pada lampu pijar,
hampir 90 % merupakan energi panas, sehingga mem-pengaruhi ruangan.
Intensitas cahaya yang baik dari lampu flourescent adalah antara 100 – 400 ftc (1000 – 4000
lux). Intensitas cahaya dapat diatur dengan menempatkan jumlah lampu dengan kekuatan
tertentu.
Lampu yang digunakan bisa berupa lampu TL dengan daya 15 watt atau 40 watt,
tergantung panjang rak yang dibuat. Jarak antar rak 30 – 35 cm. Sebaiknya travo pada lampu
TL dipasang terpisah dari box, (lebih baik kalau dipasang di luar ruang kultur), karena dapat
membakar tanaman kultur dan membuat suhu ruang menjadi panas.
Selain lampu TL, lampu SL juga dapat dipakai. Pemakaian lampu ini dapat meng-hemat
biaya listrik, juga lebih terang. Tinggi rak yang dibuat antara 50 – 60 cm. Dalam satu bidang
rak dapat memakai 2 atau 3 lampu SL daya 5 – 10 watt tergantung ukuran panjang rak.
Panjang penyinaran/lama penyinaran yang dibutuhkan oleh tiap tanaman berbeda-beda.
Berapa lama penyinaran harus diberikan, tergantung pada jenis tanaman dan respon yang
diinginkan. Ada kultur yang membutuhkan waktu pe-nyinaran yang terus menerus, ada yang
14 – 16 jam/hari, ada yang 10 – 12 jam/hari. Rata-rata waktu penyinaran yang efektif adalah
12 – 16 jam/hari.
Suhu ruang kultur diatur pada suhu 25 – 28o C. Pada suhu yang terlalu dingin, kultur
kadang tidak berkembang dengan baik, begitu juga jika suhu ruang kultur terlalu panas, maka
jamur dan bakteri akan berkembang biak dengan cepat dan tanaman menjadi layu.
Ruang stok/media jadi
Ruangan ini berfungsi sebagai ruang untuk menyimpan media tanam yang sudah di
autoklaf. Ruang stok sebaiknya dingin dan gelap, serta kebersihannya harus dijaga. Media
tanam akan diinkubasi pada ruang ini selama 3 hari sebelum digunakan. Hal ini untuk
mengetahui kondisi media tanam apakah steril atau ter-kontaminasi jamur/bakteri. Apabila
media terkontaminasi, sebaiknya segera dikeluar-kan dan diautoklaf selama 1 jam pada
tekanan 0.14 Mpa.
Alat-alat logam dan gelas dapat disterilkan dalam autoklaf. Alat tanam seperti: pinset
dan gunting dapat juga disterilkan dengan pembakaran atau dengan pemanasan
dalam bacticinerator khusus untuk scapel, gagangnya dapat disterilkan dengan pemanasan
namun pisaunya dapat menjadi tumpul bila dipanaskan dalam temperatur tinggi. Oleh karena
itu untuk bladenya dianjurkan cara sterilisasi dengan pencelupan dalam alkohol atau larutan
kaporit.

DOWNLOAD

0 komentar:

Post a Comment