Sejarah
Kemasan Gelas
Gelas merupakan salah satu bahan kemasan tertua dan terpopuler sejak jaman dahulu sampai dengan saat ini. Penggunaan bahan ini telah dimulai sejak 3000 SM oleh bangsa Mesir kuno. Penemuan gelas sebagai bahan kemasan terjadi secara tidak sengaja dan tidak melalui proses penelitian di laboratorium yang memerlukan waktu lama. Pada abad permulaan, para pelaut dari Venesia menggunakan balok–balok soda untuk membuat tungku perapian di atas pasir di tepi pantai. Saat itulah diketahui bahwa komposisi soda dan pasir dapat melebur dan membentuk gelas. Secara fisik, gelas merupakan suatu bentuk cairan dengan tingkat viskositas tinggi yang kemudian mengalami pendinginan. Secara kimia, gelas merupakan suatu campuran oksida anorganik dari berbagai jenis komposisi bahan, dengan komposisi terbesar soda – kapur – silica.
Gelas merupakan salah satu bahan kemasan tertua dan terpopuler sejak jaman dahulu sampai dengan saat ini. Penggunaan bahan ini telah dimulai sejak 3000 SM oleh bangsa Mesir kuno. Penemuan gelas sebagai bahan kemasan terjadi secara tidak sengaja dan tidak melalui proses penelitian di laboratorium yang memerlukan waktu lama. Pada abad permulaan, para pelaut dari Venesia menggunakan balok–balok soda untuk membuat tungku perapian di atas pasir di tepi pantai. Saat itulah diketahui bahwa komposisi soda dan pasir dapat melebur dan membentuk gelas. Secara fisik, gelas merupakan suatu bentuk cairan dengan tingkat viskositas tinggi yang kemudian mengalami pendinginan. Secara kimia, gelas merupakan suatu campuran oksida anorganik dari berbagai jenis komposisi bahan, dengan komposisi terbesar soda – kapur – silica.
Proses Pembuatan Kemasan Gelas
Komposisi bahan pembuat gelas umumnya terdiri dari 70–75% Natrium dan Kalsium Silikat, 6–12% Kalsium dan Magnesium Oksida, dan sejumlah kecil oksida–oksida dari Aluminium, Barium dan logam lain.
Untuk membuat wadah/kemasan gelas, bahan–bahan pembuat gelas, seperti Natrium dan Kalsium Silikat, Kalsium dan Magnesium Oksida, Oksida Aluminium, Barium dan logam lainnya dicampur dengan hancuran gelas (cullet) dari wadah/kemasan botol yang sudah pecah atau rusak. Campuran tersebut kemudian dihancurkan dalam tungku pembakaran pada suhu 2700oC.
Pembuatan kemasan gelas dalam bentuk botol dilakukan melalui dua tahap. Pada tahap pertama gelas cair dengan jumlah tertentu dimasukkan ke dalam suatu cetakan (moulding) dengan ukuran yang lebih kecil daripada ukuran botol akhir. Kemudian dengan tekanan gas atau udara yang dikompresikan, gelas ditekan pada dinding cetakan. Pada tahap kedua, botol yang telah dibentuk sebagian dipindahkan ke cetakan kedua, di mana botol tersebut dikompresikan lagi oleh udara atau gas hingga menjadi bentuk akhir. Selanjutnya, mulut wadah/kemasan dihaluskan dengan api dan botol–botol dibiarkan mengeras secara perlahan pada suhu tinggi. Setelah itu, wadah/kemasan yang sudah jadi tersebut diperiksa kembali. Bila tersedia perlengkapan modern, dapat dilakukan uji mekanis. Sedangkan wadah/kemasan yang rusak atau cacat dihancurkan dan digunakan kembali untuk campuran pembuatan botol berikutnya. Demikian seterusnya.
Keunggulan Kemasan Gelas
Sebagai bahan kemasan, gelas memiliki sifat–sifat yang menguntungkan seperti inert (tidak bereaksi), kuat, tahan terhadap kerusakan, sangat baik sebagai barrier terhadap benda padat, cair dan gas. Di samping itu, sifat gelas yang transparan menguntungkan dari segi promosi, dan ada beberapa jenis gelas seperti “pyrex” yang tahan terhadap suhu yang sangat tinggi.
Sedangkan kelemahan dari wadah/kemasan gelas adalah mudah pecah dan kurang baik untuk mengemas produk–produk yang sangat peka terhadap paparan sinar ultra violet. Makanan yang dikemas dengan gelas dapat dirusak oleh sinar. Sinar yang menembus dan masuk ke dalam gelas dapat melunturkan warna produk di dalamnya, sehingga mengakibatkan kerusakan citarasa, serta turunnya kandungan gizi zat akibat reaksi yang terkatalis oleh sinar.
Meskipun kemasan gelas bersifat inert, namun tidak demikian halnya dengan tutup botol yang sering mendatangkan banyak masalah. Oleh karena itu tutup botol harus dibuat sedemikian rupa agar mampu menutup botol dengan rapat dan mencegah produk tumpah keluar.
Teknologi modern yang terus berkembang memungkinkan pembuatan kemasan gelas yang mampu bersaing dalam hal kekuatan dan fungsinya dengan bahan kemasan lain. Akan tetapi, masalah botol pecah merupakan masalah yang perlu dicermati oleh kalangan industri kemasan.
Penyebab Pecahnya Botol
Pecahnya botol dapat diakibatkan oleh 3 (tiga) faktor, yaitu :
1.benturan,
2.tekanan dalam,
3.thermal shock.
Pecahnya botol akibat ketiga faktor ini hanya dapat diketahui penyebabnya dengan memeriksa bentuk dan jenis pecahan botol. Karena alasan tersebut, penting sekali mengetahui apakah pecahnya botol disebabkan oleh rendahnya mutu gelas atau penggunaan gelas yang salah.
Botol yang pecah biasanya memiliki pola pecahan yang jelas. Letak pecahnya gelas terjadi kira–kira di bagian tengah.
1.Pecah akibat benturan
Botol gelas dapat pecah karena benturan keras secara aktif atau benturan-benturan kecil yang berkesinambungan. Pecahan-pecahan kecil mungkin terbentuk disertai dengan percabangan. Adanya kerusakan di permukaan luar atau permukaan dalam, cacat pabrik, kesulitan penekanan (annealing), dan ketebalan gelas dapat mempengaruhi daya tahan botol terhadap benturan. Gelas yang tebal sangat rawan terhadap pecah akibat benturan karena dindingnya kaku, sedangkan dinding botol yang tipis lebih tahan terhadap benturan.
2.Pecah akibat tekanan dalam
Secara normal, kemasan botol memiliki keseimbangan dalam tekanan kompresi dan tegangan (tension). Secara umum botol mendapat tekanan kompresi dari permukaan luar botol dan tegangan (tension) dari permukaan dalam.
3.Pecah akibat thermal shock
Pecahnya botol akibat thermal shock terjadi bila salah satu permukaan gelas mendapat suhu tertentu sedang bagian lain terekspos oleh tekanan mekanis dan tegangan (strain). Perbedaan suhu mengakibatkan perbedaan pengembangan dan tegangan internal pada dinding botol. Adanya tekanan (stress) ini menyebabkan botol menjadi retak.
Tingkat kerusakan/pecahnya botol dalam kondisi dingin yang direndam/dimasukkan ke dalam air hangat atau panas terjadi begitu hebat. Terjadinya thermal shock dimulai dari bagian dasar botol, kemudian laju garis pecah merambat ke bagian atas. Semakin tebal gelas, semakin tinggi tekanan (stress), semakin tinggi pula kemungkinan botol untuk pecah. Botol kecil, botol berbentuk bulat dan oval, serta botol yang memiliki ketebalan merata lebih tahan terhadap pecah akibat thermal shock. Untuk mencegah terjadinya kemasan botol pecah, maka perbedaan suhu antara permukaan luar dan dalam botol harus ...
Selengkapnya
baca di Majalah Indonesia Print Media Edisi 47 Juli - Agustus 2012.
0 komentar:
Post a Comment