Thursday, November 28, 2013

TEKNIK TATA CARA KERJA

BAB I
LANDASAN TEORI
                Diamping adanya factor penyesuaian, factor kelonggaran juga diperlukan dalam perhitungan waktu baku. Kelonggaran diberikan untuk 3 hal, yaitu untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatique dan hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan. Ketiganya merupakan hal-hal yang secara nyata dibutuhkan oleh pekerja dan yang selama pengukuran tidak diamati, diukur, dicatat ataupun dihitung. Karenanya sesuai pengukuran dan setelah mendapatkan waktu normal, kelonggaran perlu ditambahkan.
Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi
                Hal-hal seperti minum sekedarnya untuk menghilangkan rasa haus, kekamar kecil, bercakap-cakap dengan teman bekerja sekedar untuk menghilangkan ketegangan ataupun kejenuhan dalam bekerja merupakan bagian kelonggaran yang termasuk dalam kebutuhan pribadi. Kebutuhan-kebutuhan ini terlihat jelas sebagai suatu mutlak. Tidak bisa misalnya seseorang diharuskan bekerja terus dengan rasa dahaga atau melarang pekerja untuk tidak sama sekali bercakap-cakap sepanjang jam  kerja. Larangan demikian justru merugikan baik pekerja maupun perusahaan karena dengan kondisi yang demikian pekerja tidak dapat bekerja dengan baik bahkan hamper dapat dipastikan produktivitas menurun.
Kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatique
                Rasa fatique tercermin antara lain dari menurunnya hasil produksi baik jumlah maupun kualitas. Karenanya salah satu cara untuk menentukan besarnya kelonggaran ini adalah dengan melakukan pengamatan sepanjang  hari kerja dan mencatat pada saat-saat dimana hasil produksi menurun. Tetapi masalahnya adalah kesulitan dalam menentukan pada saat mana menurunnya hasil produksi disebabkan oleh timbulnya rasa fatique karena masih banyak kemungkinan lain yang dapat menyebabkannya. Jika rasa fatique datang dan pekerja harus bekerja untuk menghasilkan performance normalnya, maka usaha yang dikeluarkan pekerja lebih besar dari normal dan ini akan menambah rasa fatique. Bila hal ini berlangsung terus pada akhirnya akan terjadi rasa fatique total yaitu jika anggota badan yang bersangkutan sudah tidak dapat melakukan gerakan kerja sama sekali walaupun sangat dikehendaki. Hal demikian jarang terjadi karena berdasarkan pengalamannya pekerja dapat mengukur kecepatan kerjanya sedemikian rupa sehingga lambatnya gerakan kerja ditujukan untuk menghilangkan rasa fatique ini.
Kelonggaran untuk hambatan-hambatan tak terhindar
                Dalam melaksanakan pekerjaan, pekerja tidak akan lepas dari berbagai hambatan. Ada hambatan yang dapat dihindarkan seperti mengobrol yang berlebihan dan menganggur dengan sengaja, adapula hambatan yang tidak dapat dihindarkan karena berada diluar kekuasaan pekerja untuk mengendalikannya. Bagi hambatan yang pertama jelas tidak ada pilihan selain menghilangkannya, sedangkan bagi yang terakhir walaupun harus diusahakan serendah mungkin, hambatan akan tetap ada dan karenanya harus diperhitungkan waktu bakunya.
                Waktu baku adalah waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja normal yang bekerja secara wajar untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam suatu sistem kerja yang baik. Seorang pekerja normal yang dimaksudkan disini adalah seorang pekerja berketrampilan menengah. Artinya sipekerja tidak istimewa keterampilannya dan juga tidak bekerja secara lamban dan pemalas atau tidak terampil. Bekerja secara wajar artinya sipekerja bekerja tidak terlampau cepat sehingga terkesan terburu-buru dan juga tidak terlampau lambat. Sistem kerja terbaik artinya sistem kerja yang dipakai adalah yang memiliki waktu penyelesaian yang tersingkat.
                Waktu baku diperlukan sekali terutama :
1.       Perencanaan kebutuhan tenaga kerja
2.       Estimasi biaya-biaya untuk upah pekerja
3.       Penjadwalan produksi dan penganggaran
4.       Perencanaan sistem pemberian bonus dan insentif bagi karyawan/pekerja yang berprestasi
5.       Indikasi output yang mampu dihasilkan oleh seorang pekerja
Waktu baku(Wb) diperoleh dengan menambahkan besaran waktu normal(Wn) dengan total besaran nilai factor kelonggaran. Sehingga diperoleh persamaan matematisnya: Wb=Wn+1, dimana 1 adalah factor kelonggaran yang dinyatakan dalam persen dari waktu normal.
BAB II
TUJUAN PRAKTIKUM
1.       Praktikan dapat mengetahui cara memperoleh nilai factor kelonggaran
2.       Praktikan dapat memahami konsep penentuan factor kelonggaran
3.       Praktikan dapat melakukan pengukuran waktu baku

BAB III
ALAT DAN BAHAN
1.       Stop wacth
2.       Daftar table penentuan nilai factor kelonggaran
3.       Data pengukuran waktu siklus
4.       Kertas dan alat tulis

BAB IV
METODE PRAKTIKUM
1.       Siapkan alat dan bahan yang telah tersedia
2.       Amati kondisi lingkungan kerja
3.       Amati bagaimana oprator bekerja dan beri catatan
4.       Kalau perlu ajukan pertanyaan tentang pekerjaannya
5.       Gunakan table yang ada pada lampiran dalam menentukan factor kelonggaran
6.       Gunakan penetapan yang logis bila diperlukan
7.       Lakukan diskusi dalam pengambilan keputusan penetapan


0 komentar:

Post a Comment