BAB I
LANDASAN TEORI
Diamping
adanya factor penyesuaian, factor kelonggaran juga diperlukan dalam perhitungan
waktu baku. Kelonggaran diberikan untuk 3 hal, yaitu untuk kebutuhan pribadi,
menghilangkan rasa fatique dan hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan.
Ketiganya merupakan hal-hal yang secara nyata dibutuhkan oleh pekerja dan yang
selama pengukuran tidak diamati, diukur, dicatat ataupun dihitung. Karenanya
sesuai pengukuran dan setelah mendapatkan waktu normal, kelonggaran perlu
ditambahkan.
Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi
Hal-hal
seperti minum sekedarnya untuk menghilangkan rasa haus, kekamar kecil,
bercakap-cakap dengan teman bekerja sekedar untuk menghilangkan ketegangan
ataupun kejenuhan dalam bekerja merupakan bagian kelonggaran yang termasuk
dalam kebutuhan pribadi. Kebutuhan-kebutuhan ini terlihat jelas sebagai suatu
mutlak. Tidak bisa misalnya seseorang diharuskan bekerja terus dengan rasa
dahaga atau melarang pekerja untuk tidak sama sekali bercakap-cakap sepanjang
jam kerja. Larangan demikian justru
merugikan baik pekerja maupun perusahaan karena dengan kondisi yang demikian
pekerja tidak dapat bekerja dengan baik bahkan hamper dapat dipastikan
produktivitas menurun.
Kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatique
Rasa
fatique tercermin antara lain dari menurunnya hasil produksi baik jumlah maupun
kualitas. Karenanya salah satu cara untuk menentukan besarnya kelonggaran ini
adalah dengan melakukan pengamatan sepanjang
hari kerja dan mencatat pada saat-saat dimana hasil produksi menurun.
Tetapi masalahnya adalah kesulitan dalam menentukan pada saat mana menurunnya
hasil produksi disebabkan oleh timbulnya rasa fatique karena masih banyak
kemungkinan lain yang dapat menyebabkannya. Jika rasa fatique datang dan
pekerja harus bekerja untuk menghasilkan performance normalnya, maka usaha yang
dikeluarkan pekerja lebih besar dari normal dan ini akan menambah rasa fatique.
Bila hal ini berlangsung terus pada akhirnya akan terjadi rasa fatique total
yaitu jika anggota badan yang bersangkutan sudah tidak dapat melakukan gerakan
kerja sama sekali walaupun sangat dikehendaki. Hal demikian jarang terjadi
karena berdasarkan pengalamannya pekerja dapat mengukur kecepatan kerjanya
sedemikian rupa sehingga lambatnya gerakan kerja ditujukan untuk menghilangkan rasa
fatique ini.
Kelonggaran untuk hambatan-hambatan tak terhindar
Dalam
melaksanakan pekerjaan, pekerja tidak akan lepas dari berbagai hambatan. Ada
hambatan yang dapat dihindarkan seperti mengobrol yang berlebihan dan
menganggur dengan sengaja, adapula hambatan yang tidak dapat dihindarkan karena
berada diluar kekuasaan pekerja untuk mengendalikannya. Bagi hambatan yang
pertama jelas tidak ada pilihan selain menghilangkannya, sedangkan bagi yang
terakhir walaupun harus diusahakan serendah mungkin, hambatan akan tetap ada
dan karenanya harus diperhitungkan waktu bakunya.
Waktu
baku adalah waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja normal yang bekerja
secara wajar untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam suatu
sistem kerja yang baik. Seorang pekerja normal yang dimaksudkan disini adalah
seorang pekerja berketrampilan menengah. Artinya sipekerja tidak istimewa
keterampilannya dan juga tidak bekerja secara lamban dan pemalas atau tidak
terampil. Bekerja secara wajar artinya sipekerja bekerja tidak terlampau cepat
sehingga terkesan terburu-buru dan juga tidak terlampau lambat. Sistem kerja
terbaik artinya sistem kerja yang dipakai adalah yang memiliki waktu
penyelesaian yang tersingkat.
Waktu
baku diperlukan sekali terutama :
1.
Perencanaan kebutuhan tenaga kerja
2.
Estimasi biaya-biaya untuk upah pekerja
3.
Penjadwalan produksi dan penganggaran
4.
Perencanaan sistem pemberian bonus dan insentif
bagi karyawan/pekerja yang berprestasi
5.
Indikasi output yang mampu dihasilkan oleh
seorang pekerja
Waktu baku(Wb) diperoleh dengan
menambahkan besaran waktu normal(Wn) dengan total besaran nilai factor
kelonggaran. Sehingga diperoleh persamaan matematisnya: Wb=Wn+1, dimana 1
adalah factor kelonggaran yang dinyatakan dalam persen dari waktu normal.
BAB
II
TUJUAN
PRAKTIKUM
1.
Praktikan dapat mengetahui cara memperoleh nilai
factor kelonggaran
2.
Praktikan dapat memahami konsep penentuan factor
kelonggaran
3.
Praktikan dapat melakukan pengukuran waktu baku
BAB
III
ALAT
DAN BAHAN
1.
Stop wacth
2.
Daftar table penentuan nilai factor kelonggaran
3.
Data pengukuran waktu siklus
4.
Kertas dan alat tulis
BAB
IV
METODE
PRAKTIKUM
1.
Siapkan alat dan bahan yang telah tersedia
2.
Amati kondisi lingkungan kerja
3.
Amati bagaimana oprator bekerja dan beri catatan
4.
Kalau perlu ajukan pertanyaan tentang pekerjaannya
5.
Gunakan table yang ada pada lampiran dalam
menentukan factor kelonggaran
6.
Gunakan penetapan yang logis bila diperlukan
7.
Lakukan diskusi dalam pengambilan keputusan
penetapan
0 komentar:
Post a Comment