NAMA : ANDRI NOPRIANDIS
NPM :
E1G010038
Latar Belakang
Perkembangan
teknologi dan informasi yang semakin berkembang membawa dampak terhadap tatanan
kehidupan dunia yang mengarah pada globalisasi. Hal ini mengakibatkan munculnya
pasar bebas dunia yang pada gilirannya akan mengakibatkan meningkatnya
persaingan di pasar internasional maka masalah yang dihadapi perusahaan adalah
semakin ketatnya persaingan, oleh karena itu perusahaan harus dapat menjalankan
strategi bisnisnya yang tepat agar mampu bertahan dalam menghadapi persaingan
yang terjadi. Pengawasan dan pengendalian mutu merupakan faktor penting bagi
suatu perusahaan untuk menjaga konsistensi mutu produk yang dihasilkan, sesuai
dengan tuntutan pasar, sehingga perlu dilakukan manajemen pengawasan dan
pengendalian mutu untuk semua proses produksi. Pengawasan dan pengendalian mutu
harus dilakukan sejak awal proses produksi sampai saluran distribusi untuk
meningkatkan kepercayaan konsumen, meningkatkan jaminan keamanan produk,
mencegah banyaknya produk yang rusak dan mencegah pemborosan biaya akibat
kerugian yang ditimbulkan.
PT.
Bogatama Marinusa merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak dalam bidang
ekspor produk seafood sehingga mutu suatu produk menjadi hal yang
paling utama, Bahan baku perikanan merupakan produk pangan yang bersifat
sensitif terhadap bahaya mikrobiologi, mempunyai resiko sebagai penyebab
penyakit dan keracunan karena sangat mudah terkontaminasi oleh mikroorganisme
pathogen serta mudah rusak karena komponen penyusunnya yang sangat baik bagi
pertumbuhan mikroorganisme sehingga diperlukan penanganan yang baik untuk
mencegah resiko ini. Terkait dengan hal tersebut, untuk mencapai keunggulan
besaing industri pangan dapat di tempuh melalui keunggulan produktivitas mutu
dengan mencegah terjadinya kecacatan produk. Diharapkan dengan penelitian ini
mampu mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi dan menyebabkan tingkat
kecacatan pada proses produksi melalui pendekatan HACCP, serta merumuskan
strategi manajemen pengendalian dan pengawasan mutu berdasarkan Sistem
Manajemen Keamanan Pangan (SMKP).
Pengawasan
Mutu Dan Pengendalian Mutu
Good
Manufacturing Practices (GMP)
Good Manufacturing Practices (GMP) adalah
suatu pedoman cara berproduksi makanan yang bertujuan agar produsen memenuhi
persyaratanpersyaratan yang telah ditentukan untuk menghasilkan produk makanan
bermutu, baik dan aman secara konsisten. GMP adalah persyaratan minimal
sanitasi dan pengolahan yang harus diaplikasikan oleh produksi pangan. GMP
merupakan titik awal untuk mengendalikan resiko keamanan pangan.
Sanitation
Standard Operating Procedure (SSOP)
Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP)
adalah prosdur tertulis yang harus digunakan oleh pemroses pangan untuk
memenuhi kondisi dan praktek sanitasi. SSOP meruapakan bagian penting dari
program prasyarat untuk systemHazard Analysis Critical Control Point (HACCP).
Program prasyarat perusahaan yang lain seperti penanganan keluhan konsumen dan
program producet recall Juga dapat dimasukan. SSOP didasarkan
pada Current Good Manufacturing Practice(CGMP) yang bersifat wajib
untuk perusahaan pangan dan importer di bawah yurisdiksi Food and Drugs
Administration (FDA).
Hazard
Analysis Critical Control Point (HACCP)
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP)
adalah suatu pendekatan produksi pangan yang higienis dengan pencegahan
masalah. Proses produksi dievaluasi terhadap bahaya dan resiko yang terkait.
Gaspersz (2002) mendefenisikan HACCP sebagai suatu sistem manajemen mutu yang
secara efektif dan efesien menjamin keamanan hasil-hasil pertanian sampai
menjadi makanan siap santap yang focus pada pencegahan masalah untuk menjamin
produksi produk0produk pangan yang aman untuk dikonsumsi. Hal ini di dasarkan
pada penerapan common-sense dari prinsip-prinsip teknis dan
ilmu pengetahuan.
Metode
Pembobotan Analitycal Hierarchy Process (AHP)
Analitycal Hierarchy Process (AHP) merupakan
salah satu teknik yang digunakan dalam pengambilan suatu keputusan pada sebuah
hirarki funfsional dengan imput utamanya adalah persepsi manusia. Dalam
mempergunakan prinsip ini, AHP memasukkan baik aspek kualitatif maupun
kuantitatif pikiran manusia, aspek kualitatif untuk mendefenisikan persoalan
dan hirarkinya sedangkan aspek kuantitatif untuk mengekspresikan penilaian dan
preferensi secara ringkas dan padat. Soatu masalah kompleks dan tidak
terstruktur dipecahkan ke dalam kelompok-kelompok dan kemudian diatur menjadi
sebuah hirarki. AHP dapat digunakan untuk merangsang timbulnya gagasan untuk
melakukan tindakan kreatif dan untuk mengevaluasi keefektifan tindakan
tersebut. Selain itu untuk membantu para pemimpin dalam menetapkan informasi
apa yang patut dikumpulkan guna mengevaluasi pengaruh faktor-faktor relevan
dalam situasi kompleks, juga dapat melacak ketidakkonsistenan dalam
pertimbangan dan preferensi peserta, sehingga para pemimpin mampu menilai mutu
pengetahuan para anggota mereka dan pemantapan pemecahan masalah.
ANALISIS
DATA
Metode Self
Assessment
Data
yang diperolah berdasarkan kuesioner di perusahaan mengenai penilaian Sistem
manajemen Keamanan pangan (SMKP) HACCP akan dianalisis menggunakan metode Self
Assessment dengan tujuan untuk menilai sejauh mana penerapan sistem
manajemen HACCP yang telah diterapkan perusahaan. Adapun tahapan penikaian
metode modifikasi Self Assessment adalah sebagai berikut:
a. Hazard
Analysis Critical Control Point (HACCP)
Langkah-langkah
dalam metode HACCP antara lain adalah (1) Pembentukan tim HACCP, (2)
Pendeskripsian produk dan cara distribusinya, (3) pengidentifikasi pengguna
yang dituju, (4) pembuatan diagram alir, (5) konfirmasi diagram alir
dilapangan, (6) analisis bahaya dan cara pencegahannya, (7) penetapan Critical
Control Point ((CCP), (8) penetapan batas kritis atau Critical
Limit unutk setiap CCP, (9) pemantauan atau monitoring CCP, (10)
tindakan koreksi terhadap penyimpangan, (11) penetapan dokumentasi dan
pemeliharaan. Tahapan terakhir metode HACCP adalah penetapan prosedur verifikasi
terhadap produk pangan tersebut.
b. Analisis
Strategi Dengan Analitical Hierarchy Process (AHP)
Kelemahan
dan penyimpangan yang terjadi pada proses ditelusuri sebab-sebabnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelemahan proses sehingga menimbulkan adanya
produk cacat diantaranya ditelusuri dari mesin, karyawan, metode dan bahan
baku. Anilasa untuk mengidentifikasi masalah penyebab dan solusi yang
diinginkan tersebut dilanjutkan menggunakan Metode PembobotanAnalitical
Hierarchy Process (AHP).
GAMBARAN
UMUM PERUSAHAAN
PT. Bogatama Marinusa atau yang biasa disingkat dengan Bomar didirikan pada
tahun 2001 dan saat ini memainkan peran penting dalam usaha budidaya dengan
pertumbuhan pesat dalam beberapa tahun terakhir. BOMAR telah mengembangkan
proses produksi Seafood bermutu tinggi yang mempunyai nilai tambah lebih
seperti Black Tiger Shrimp, Vannamei Shrimp, Black Pink Shrimpdimana
hasil produknya diekspor ke negara-negara Amerika Serikat, Jepang, Eropa,
Australia dan lainnya. PT. Bogatama Marinusa memiliki komitmen untuk selalu
mengembangkan dan memasok produk-produk bermutu tinggi dan tidak pernah
berhenti melakukan investasi dalam pengembangan teknis dan produk serta
fasilitas upgrade untuk menjamin kesegaran setiap produk yang dihasilkan,
tastiness dan kesehatan produk-produknya untuk memenuhi kebutuhan di pasar.
Produk dan Pemasaran
PT.
Bogatama Marinusa menghasilkan produk seafood dalam bentuk segar (fresh) dan
Beku (frozen). Berbagai produk olahan udang yang dihasilkan adalah sebagai
berikut :
Breaded dan Pre-Fried Tenpura Products:
1.
Breaded (Ebi-Furai) Products
2.
Sushi-Ebi Products
Sistem Pengawasan dan
Pengendalian Mutu PT. Bogatama Marinusa
PT.Bogatama
Marinusa telah dirancang dengan standar internasional untuk pengolahan makanan
sesuai dengan GMP, SSOP dan HACCP berbasis jaminan mutu dan prosedur yang
sesuai. Namun pada kenyataannya perusahaan masih sulit secara sepenuhnya
mencapai hasil yang maksimal. Jika diamati dari total produksi pertahunnya,
perusahaan masih mengalami berbagai kendala yang menyebabkan naik turunnya
tingkat produksi pertahunnya, sementara permintaan setiap tahunnya terus
bertambah.
Penilaian Sistem Manajemen
Keamanan Pangan (SMKP) HACCP
Penilaian
penerapan SMKP berdasarkan sistem HACCP menunjukkan bahwa PT. Bogatama Marinusa
telah memenuhi sebagian besar dari keseluruhan unsur-unsur SMM yang terkait
dengan SMKP (HACCP).
Identifikasi Faktor Penyebab
Cacat dalam Proses Produksi Ebi Furay
1. Cacat Fisik
Cacat
fisik meliputi kerusakan bahan, dalam proses pengolahan produk eby furay cacat
fisik adalah cacat yang paling sering dijumpai terutama pada proses penerimaan
bahan baku, banyak dari penolakan bahan baku udang disebabkan karena kerusakan
fisik yang tidak memenuhi standar seperti, bentuk ukuran udang yang kecil,
warna kemerah-merahan pada bahan baku yang disebabkan oleh tempratur yang tidak
sesuai. Dalam proses pengolahan kerusakan fisik ini banyak dijumpai pada proses
pengupasan kulit udang, pemotongan kepala, pencabutan buntut dan usus, proses
tersebut membutuhkan ketelitian para pekerja sehingga tidak merusak bahan,
kerusakan karena penanganan yang salah dapat berakibat fatal pada proses
selanjutnya.
2. Cacat Kimia
Cacat
kimia disebabkan karena kontaminasi oleh bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi
kesehatan. Dalam pengolahan produk eby furay, cacat kimia paling sering
dijumpai adalah penggunaan antibiotik yang berlebihan, hal ini biasa dijumapai
pada prses penerimaan bahan baku yaitu antibiotic yang berasal dari tambak yang
digunakan petani, cemaran antibiotic lainnya juga dapat berasal dari pengolahan
yaitu penggunaan antibiotic sebagai campuran air untuk keperluan sanitasi
pencucian udang, penggunaan dengan dosis yang melebihi ambang batas dapat
mencemari bahan.
3. Cacat Biologi
Cacat
biologi merupakan cacat atau kerusakan bahan yang ditimbulkan akibat cemaran
mahkluk hidup seperti serangga dan mikroorganisme. Dalam proses pengolahan eby
furay, cacat yang ditimbulkan karena cemaran biologi adalah yang paling banyak
dijumpai terutama cemaran yang disebabkan oleh mikroorganisme, mengingat bahan
olahan meruapakan bahan pangan yang sangat rentan terkontaminasi oleh
mikroorganisme. Cacat karena kontaminasi mikroorganisme ini bisa terjadi di
semua proses produksi, oleh karena itu untuk menghindari cacat atau kerusakan
yang dapat ditimbulkan, dilakukan penanganan dengan menurunkan suhu bahan
dengan menggunakan air chilling dan es untuk menghambat pertumbuhan
mikroorganisme. Untuk itu suhu bahan perlu untuk selalu dikontrol selama proses
pengolahan berlangsung.
4. Cacat Kemasan
Jenis
cacat yang terakhir adalah cacat kemasan, cacat kemasan merupakan cacat yang
ditimbulkan akibat kerusakan kemasan produk seperti basah dan penyok, hal ini
biasa terjadi pada saat penanganan akhir seperti di ruang penyimpanan akibat
kelalaian pekerja dalam mengangkat bahan dan menyusun bahan di ruang
penyimpanan sampai pada pengangkutan ke dalam container dari ruang penyimpanan
juga kerap terjadi kerusakan kemasan.
Perumusan Strategi Pengawasan
dan Pengendalian Mutu
Analisa
terhadap lingkungan perusahaan memperlihatkan bahwa faktor lingkungan internal
yang paling berpengaruh adalah bahan baku, sanitasi produksi, kinerja mesin dan
peralatan serta sumber daya manusia, sedangkan faktor lingkungan eksternal yang
paling berpengaruh adalah konsumen, teknologi proses, supplier dan pesaing.
Berdasarkan analisis Hierarki yang telah dilakukan maka alternatif strategi
yang dapat dilaksanakan oleh pihak perusahaan dalam mengendalikan mutu
produknya saat ini adalah sebagai berikut
1.
Penerapan aplikasi HACCP (GMP dan SSOP)
2.
Meningkatkan pengawasan mutu bahan baku
3.
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan karyawan
4.
Pengujian dan pemeliharaan mesin dan peralatan produksi
5.
meningkatkan pengawasan dan pengendalian mutu kinerja produksi
Penyajian
pengembangan sistem mutu dan keamanan pangan yang menekankan pada penerapan
sistem jaminan mutu untuk setiap mata rantai dalam pengolahan pangan yaitu
GAP/GFP (Good Agriculture/Farming Practices), GHP (Good Handling Practices), GMP (Good Manufacturing Practices), GDP (Good Distribution Practices), dan GCP (Good Cathering Practices).
0 komentar:
Post a Comment