Saturday, May 31, 2014

Cara Mengukur Gaya Kepemimpinan

Cara Mengukur Gaya Kepemimpinan
Pada saat apapun jika seseorang berusaha untuk memengaruhi perilaku orang lain, kegiatan semacam itu telah melibatkan seseorang ke dalam aktivitas kepemimpinan. Jika kepemimpinan tersebut terjadi dalam suatu organisasi tertentu, dan orang tadi perlu mengembangkan staf dan membangun iklim motivasi yang menghasilkan tingkat produktivitas yang tinggi, maka orang tersebut perlu memikirkan gaya kepemimpinannya. Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba memengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat.  Dalam hal ini usaha menyelaraskan persepsi diantara orang yang akan memengaruhi perilaku dengan orang yang perilakunya akan dipengaruhi menjadi amat penting kedudukannya.
            Selama bertahun-tahun ketika orang-orang membicarakan gaya kepemimpinan, mengidentifikasikan dua kategori gaya yang ekstrem yakni: gaya kepemimpinan otokratis, dan gaya demokratis. Kepemimpinan otokratis dipandang sebagai gaya yang didasarkan atas kekuatan posisi dan penggunaan otoritas. Sementara itu gaya kepemimpinan demokratis dikaitkan dengan kekuatan personal dan keikutsertaan para pengikut dalam proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Tannenbaum dan Schmidt dalam artikel mereka yang dimuat dalam majalah Harvard Business Review: How to choose a leadership pattern, beragumentasi bahwa gaya kepemimpinan otokratis dan demokratis merupakan gaya kepemimpinan, oleh karenanya dapat didudukan dalam suatu kontinum dari perilaku pemimpin yang sangat otokratis pada suatu ujung, sampai kepada perilaku pemimpin yang sangat demokratis pada ujung yang lain.

Kepemimpinan yang efektif
Dari hasil studi Bennis dan Nanus (1985) mengidentifikasi empat strategi kepemimpinan yang efektif:
1). Adanya artikulasi visi yang kuat. Pemimpin yang efektif harus memiliki gambaran yang jelas tentang apa yang ingin mereka raih.
2). Kemampuan mengkomunikasikan visi tersebut kepada orang lain, terutama pengikut, dengan kejelasan dan intensitas yang menciptakan suatu ”pembagian makna”.
3). Pemimpin harus terlihat bisa dipercaya dengan memegang teguh komitmennya pada visi, yang memungkinkan pengikut untuk melihat pemimpinya terus memacu ke arah pencapaian visi.
4). Yang paling penting, pemimpin yang efektif harus mampu menggunakan sepenuhnya kapasitas pribadi yang meliputi: intelegensi, energi dan komitmen, karena merasa yakin akan kemampuan mereka sendiri serta optimis tentang kesuksesan usahanya di masa mendatang.
Kemampuan Pemimpin Mendelegasikan Wewenang
            Delegasi merupakan teknik yang harus dikuasai oleh setiap orang di perusahaan yang memiliki anak buah. Baik itu direktur utama, presiden direktur, kepala bagian, kepala seksi, ataupun mandor dan supervisor. Untuk apa mereka memiliki anak buah kalau semua pekerjaannya ditangani sendiri? Harapannya dengan menguasai teknik delegasi secara efektif, semua tugas yang dibebankan kepadanya bisa diselesaikan dengan baik. Bawahan merasa dihargai dan dikembangkan. Dengan demikian tercipta suasana kerja yang menyenangkan dan menguntungkan bagi perusahaan, anak buah, maupun atasan.
            Seorang pemimpin adalah seorang atasan dalam hal kedudukannya dalam suatu organisasi. Kekuasaan dari kedudukan tersebut memberi hak seorang pemimpin/manajer untuk memerintah. Namun di samping memerintah tugas yang paling penting ialah membina anak buahnya untuk dapat menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik. Jadi tugas seorang pemimpin adalah memimpin, bukan untuk mengerjakan sendiri tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Untuk itu perlu adanya pendelegasian pekerajan kepada bawahan walau hasil akhir dari tugas tersebut tetap menjadi tanggung jawab pimpinan. Dengan pendelegasian tugas maka pimpinan mempunyai banyak waktu untuk memenuhi tanggung jawabnya serta dapat mengembangkan ketrampilannya, sehingga akan lebih berfungsi bagi perusahaan.
            Pelaksanaan delegasi memberikan peluang kepada karyawan untuk mengembangkan ketrampilan dan kemampuannya dalam mengambil keputusan. Hal ini untuk mempersiapkan mereka baagi pengembangannya lebih lanjut, karena tidak ada pendidikan diluar kerja yang dapat mengembangkan seorang karyawan secara lebih cepat dan praktis selain pengalaman langsung. Banyak pimpinan yang enggan mendelegasikan tugasnya kepada bawahan dengan beberapa alasan yang kadang tidak bisa dibenarkan misalnya: “Tidak ada waktu untuk melaksanakan delegasi” atau “saya bisa mengerjakannya sendiri”.
            Di dalam mempersiapkan pelaksanaan delegasi, pimpinan harus dapat terlebih dahulu mengkaji kegiatannya sehari-hari dan mengurangi pekerjaan-pekerjaan yang memboroskan waktu. Dengan demikian pimpinan dapat mempunyai waktu untuk melaksanakan pendelegasian. Bagian yang paling sukar dalam pelaksanaan pendelegasian ialah menyerahkan pekerajan, karena walau kita percaya bawahan dapat melaksanakan tugas yang diberikan, namun kadang-kadang pimpinan masih ingin terlihat dalam proses pengambilan keputusan. Padahal cara yang terbaik dalam pendelegasian ialah dengan membiarkan karyawan yang ditugaskan untuk memberikan keputusan atas tugas-tugas yang didelegasikan disamping tetap memberikan pembinaan bila hasil/keputusannya kurang benar.
            Manajemen merupakan usaha kelompok, jadi tidak ada pimpinan/manajer yang dapat bekerja sendiri secara efektif. Sebagai seorang bawahan harus mempelajari sebanyak mungkin pekerjaan atasan sehingga dapat menyarankan adanya pendelegasian tugas yang dapat membuat atasan dapat mengerjakan pekerjaan yang lebih penting yang memungkinkan dapat dipromosikan, dan pada gilirannya membuka jalan untuk promosi bawahan itu sendiri. Tanpa pelaksanaan delegasi suatu perusahaan tidak akan maju karena perusahaan yang organisasinya kuat itu yang akan maju dan keberhasilan suatu organisasi terletak kepada pimpinan.
1. Kepemimpinan dan Delegasi
2. Mengapa Para Manajer Tidak Melaksanakan Delegasi?
3. Menganalisis Keterampilan Delegasi
4. Memilih Orang yang Tepat
5. Mempersiapkan Pelaksanaan Delegasi
6. Menyediakan Waktu untuk Melaksanakan Delegasi
7. Proses Pelaksaanaan Delegasi
8. Menyerahkan Pekerjaan kepada Orang Lain
9. Berbagai Pedoman untuk Pelaksanaan Delegasi
10. Memonitor Penugasan
11. Mengendalikan Kinerja
12. Mengembangkan Karyawan
13. Nasihat Bagi yang Diserahi Delegasi
14. Delegasi atau Mandeg

            Kepemimpinan bukanlah suatu proses untuk mencapai hal-hal yang besar oleh diri kita, dan dengan demikian kita memperoleh penghormatan dari para karyawan. Sebaliknya, kepemimpinan, adalah suatu proses untuk mencapai hal-hal yang besar melalui para karyawan kita,dan dengan cara demikian menaikkan pula rasa harga diri mereka. Kepemimpinan juga tidak hanya berarti mengembangkan keterampilan karyawan melalui pelaksanaan delegasi.
Seorang pemimpin harus dapat mengidentifikasikan kemampuan khusus seorang karyawan dan memanfaatkannya. Pemimpin juga harus dapat mengidentifikasikan kelemahan dan keterbatasan para karyawan, serta bersedia membantu mereka untuk mengawasinya. Para manager yang hanya memprioritaskan pengembangan keterampilan dan kemampuan diri mereka sendiri serta mengabaikan kebutuhan para karyawan, bukanlah pemimpin yang efektif. Harus disadari bahwa kadang-kadang seorang pemimpin bukanlah seorang atasan. Pemimpin hendaknya jangan menganggap dirinya sebagai atasan dalam hal sikap, tetapi hanya dalam hal kedudukannya di dalam hierarki organisasi. Kekuasaan karena kedudukan tersebut memberikan hak bagi seorang manajer untuk memerintah, namun adanya perhatian dan penghormatan orang lain terhadap dirinya yang menyebabkan perintah tersebut dilaksanakan secara efektif. Tugas seorang pemimpin ialah secara terus-menerus membina orang-orang yang berada dibawah pimpinannya sedemikian rupa sehingga akhirnya mereka dapat menyelesaikan tugas dengan lebih baik dibandingkan bila diselesaikan si pemimpin sendiri.
Bagi manajer, hal itu memerlukan suatu perubahan dalam falsafah kerja mereka. Kita akui saja, kecenderungan kita pada umumnya adalah untuk membuat diri kita sendiri kelihatan hebat,bukan orang lain. Namun, seorang pemimpin yang efektif mempunyai tujuan untuk membuat karyawannya kelihatan lebih baik. Pada kenyataannya,memang benar bahwa semakin baik prestasi para karyawan Anda, maka semakin baik pula prestasi Anda.
Untuk menjadi seorang pemimpin yang efektif diperlukan kepercayaan diri. Sangat sering terjadi seorang pemimpin harus bersedia menerima titipan kesalahan untuk pekerjaan yang dilaksanakan dengan buruk,padahal yang mengerjakannya orang lain. Sering juga diperlukan kepercayaan diri untuk menyampaikan pujian kepada karyawan anda,padahal sebetulnya anda sangat tergoda utuk menyerap pujian tersebut bagi diri sendiri. Jadi, sekarang anda sadar bahwa tugas pemimpin adalah memimpin, bukan untuk mengerjakan sendiri tugas-tugas yang ada. Pemimpin dinilai berdasarkan caranya memimpin dengan baik. Kepemimpinan berarti mencapai hal-hal besar dengan cara terus-menerus mengembangkan keterampilan dan kemampuan orang-orang yang dipimpin.
            Masalah yang biasa timbul dengan delegasi ialah kita menghabiskan terlalu banyak waktu untuk mengidentifikasikannya, tetapi kita tidak cukup mempunyai waktu untuk melaksanakannya. Padahal kita tidak cukup mengatakan bahwa delegasi adalah proses penyerahan pekerjaan pada bawahan. Kata kuncinya adalah proses yang dibahas dalam buku ini adalah proses pelaksanaan delegasi. Pekerjaan yang diserahkan adalah pekerjaan yang berada di dalam bidang tanggung jawab seorang manajer. Kalau tidak, ia tidak akan berada di dalam kedudukan untuk melaksanakan delegasi tersebut. Walaupun dengan melaksanakan delegasi tersebut manajer menganggap bahwa si bawahan bertanggung jawab atas hasilnya, namun tanggung jawab terakhir masih terletak pada manajer itu, yang pada gilirannya ia tetap akan di anggap bertanggung gugat oleh atasan yang lebih tinggi.
Di dalam pembahasan buku ini, istilah pekerjaan/tugas yang di delegasikan dan penugasan pada intinya dianggap sebagai hal yang sama, hanya dengan perbedaan sebagai berikut: penugasan tidak begitu banyak menyita waktu seorang karyawan, tidak memerlukan begitu banyak pelatihan, dan kepada karyawan tersebut tidak banyak diberikan wewenang (barangkali malah sama sekali tidak di beri wewenang) 
Sebagai seorang manajer, berapa banyak wewenang yang dapat anda delegasikan kepada supervisor ? jawabannya adalah sebanyak yang diperlukan untuk melaksanakan tanggung jawab bagi tugas-tugas yang harus di laksanakan. Memberikan atau mendelegasikan tanggung jawab tanpa wewenang yang diperlukan, sama sekali bukan merupakan pelaksanaan delegasi, karena dengan demikian tugas-tugas yang ada tidak akan dapat di laksanakan. Anda tidak dapat meminta seorang supervisor atau manajer bertanggung jawab atas pengoperasian suatu pabrik secara efisien tanpa memberinya wewenang untuk mencari atau memecat karyawan, mengubah metode kerja yang dipakai, dan wewenang dalam hal pemakaian uang. Anda tidak dapat meminta seseorang bertanggung jawab atas perbaikan sebuah penerbitan berkala tanpa memberinya wewenang untuk memilih warna kertas, jenis huruf, dan mengubah tata letak.

            Cara Mengelola Konflik Dalam Organisasi

Para manajer menghabiskan banyak waktu dan energi untuk menangani konflik. Upaya penanganan konflik sangat penting dilakukan, karena setiap jenis perubahan dalam suatu organisasi cenderung mendatangkan konflik. Sebagaimana saat ini, dalam rangka otonomi daerah, banyak sekali perubahan institusional yang terjadi, yang tidak saja berdampak pada perubahan struktur dan personalia, tetapi juga berdampak pada terciptanya hubungan pribadi dan organisasional yang berpotensi menimbulkan konflik. Di samping itu, jika konflik tidak ditangani secara baik dan tuntas, maka akan mengganggu keseimbangan sumberdaya, dan menegangkan hubungan antara orang-orang yang terlibat. Kegagalan dalam menangani konflik dapat mengarah pada akibat yang mencelakakan. Konflik dapat menghancurkan organisasi melalui penciptaan dinding pemisah di antara rekan sekerja, menghasilkan kinerja yang buruk, dan bahkan pengunduran diri.

Para manajer organisasi publik harus menyadari bahwa karena konflik disebabkan oleh faktor-faktor yang berlainan, maka model yang digunakan dalam pengelolaan konflik juga berlainan, tergantung keadaan. Memilih sebuah model pemecahan konflik yang cocok tergantung pada beberapa faktor, termasuk alasan mengapa konflik terjadi, dan hubungan khusus antara pimpinan dengan pihak yang terlibat konflik. Efektivitas pimpinan organisasi dalam menangani konflik tergantung pada seberapa baik mereka memahami dinamika dasar dari konflik, dan apakah mereka dapat mengenali hal-hal penting yang terdapat dalam konflik tersebut.

Konflik bukanlah suatu fenomena yang obyektif dan nyata, tetapi ia ada dalam benak orang-orang yang terlibat dalam konflik tersebut. Karena itu untuk menangani konflik, seseorang perlu bersikap empati, yaitu memahami keadaan sebagaimana yang dilihat oleh para pelaku penting yang terlibat konflik. Unsur yang penting dalam manajemen konflik adalah persuasi.

Ada 5 cara untuk mengelola konflik yaitu :

- Integrating (Problem Solving) yaitu dengan cara dimana pihak-pihak yang berkepentingan secara bersama-sama mengidentifikasikan masalah yang dihadapi, mencari, mempertimbangkan dan memilih solusi dalam pemecahan suatu konflik. Cara ini sangat tepat untuk konflik yang disebabkan oleh kesalahpahaman.

- Obliging (Smoothing) yaitu seseorang lebih memusatkan perhatian pada upaya untuk memuaskan pihak lain daripada diri sendiri. Dan berupaya mengurangi perbedaan dan menekan pada persamaan atau kebersamaan di antara pihak-pihak yang terlibat.

- Dominating (Forcing) yaitu Orientasi pada diri sendiri yang tinggi dan rendahnya kepedulian terhadap orang lain. Cara ini juga disebut memaksa karena menggunakan legalitas formal dalam penyelesaikan konflik.

- Avoiding yaitu suatu taktik menghindar atau hanya untuk menyelesaikan konflik yang disebabkan karena hal yang sepele. Namun cara ini hanya bersifat sementara dan tidak menyelesaikan pokok masalah.

- Compromising yaitu menepatkan seseorang pada posisi moderat, yang secara seimbang memadukan antara kepentingan sendiri dan kepentingan orang lain dan merupakan pendekatan saling memberi dan menerima dari pihak yang terlibat konflik.

Dari cara-cara tersebut dapata disimpulkan bahwa untuk menyelesaikan suatu konflik haruslah dilihat dari berbagai sisi, yaitu latar belakangnya, kategori pihak-pihak yang terkait, masalah yang dihadapi, kompleksitas organisasi.

0 komentar:

Post a Comment