LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
SENSORIS
“UJI DESKRIPSI (DESCRIPTIVE TEST)”
DISUSUN OLEH :
DOSEN :
·
Dr. Ir. Budiyanto,
M.Sc.
·
Ir. Laili Susanti,
M.Si.
PROGRAM
STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
JURUSAN
TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Uji
deskripsi merupakan suatu uji yang digunakan untuk mendapatkan gambaran yang
utuh tentang karakteristik suatu produk. Oleh sebab itu, pada uji ini banyak
sifat yang sensorik yang dinilai dan dianalisis secara keseluruhan. Sifat-sifat
sensorik yang dipilih adalah terutama yang paling relevan terhadap mutu atau
yang paling peka terhadap perubahan mutu suatu komoditi. Sifat-sifat sensorik
mutu ini disebut atribut mutu.
Misalnya ketengikan, warna, bau dan lain-lain.
Metode
deskriptif lain yang dapat digunakan untuk menilai kualitas adalah “Flavor
Profile Analysis” yang dapat mendefinisikan dan menganalis flavor seperti aroma
dan rasa. Kemudian “Texture Profile Analysis ”, yang antara lain menyatakan
kekerasan, kerenyahan, dan lain-lain.
Metode
analisis deskriptif menggunakan penilaian baik secara kualitatif maupun
secara
kuantitatif, menuntut panelis untuk menggambarkan dan mendeteksi atribut-atribut
sensori sedekat mungkin. Metode kualitatif dilakukan untuk mendapatkan dan
mengembangkan bahasa, sehingga dapat menggambarkan sampel yang nantinya sangan
penting untuk analisis secara kuantitatif.
1.2 Tujuan
Peserta
praktikum dapat melaksanakan pengujian sensoris berupa uji Deskriptif dengan
consumer profile test.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan
yang Digunakan
3.1.1 alat
·
Piring
3.1.2 bahan
·
Kerupuk
·
Air mineral
·
Lembar penilaian
3.2 Prosedur Kerja
· Seluruh praktikan
dipimpin kelompok penyelenggara acara praktikum mendiskusikan atribut sensoris
yang akan digunakan untuk uji deskriptif
· Menyiapkan bahan yang
akan dijadikan sampel
· Menempatkan sampel
pada tempat penyajian dengan berkelompok
· Penyelenggara acara
memberikan penjelasan cara pengisian lembar penelaian
· Melakukan pengujian
· Mengumpulkan lembar
penilaian yang telah diisi dan rekap data
· Melakukan analisis
data
BAB VI
HASIL PENGAMATAN DAN ANALISIS DATA
4.1 Flavor Profile Analysis
Urutan profile flavor sample menjadi beberapa komponen yang
disepakati dalam kelompok sebagai berikut :
No
|
Atribut
|
1
|
Aroma minyak
jelantah
|
2
|
Rasa asin
|
3
|
Gurih
|
4
|
Rasanya
meninggalkan bekas di lidah
|
5
|
Rasa penyedap
|
6
|
Rasa ikan
|
7
|
Aroma ikan
|
4.2 Texture Profile
Analysis
Urutan profile texture sample menjadi beberapa komponen yang
disepakati dalam kelompok sebagai berikut :
No
|
Atribut
|
1
|
Renyah
|
2
|
Keriuk
|
3
|
Garing
|
4
|
Kasar
|
5
|
Setelah dikunyah
atau dimakan terasa lengket
|
6
|
Seperti gabus
|
7
|
Mudah pecah
|
4.3 Hasil Analisa
Flavor dari Tiap-Tiap kelompok
No
|
Atribut
|
1
|
Aroma minyak goring
bekas
|
2
|
Rasa asin
|
3
|
Rasa ikan sedikit
|
4
|
Minyaknya berasa
|
5
|
Rasa penyedap
|
6
|
Rasa bawang
|
7
|
Rasa asam
|
8
|
Gurih
|
9
|
manis
|
10
|
Bau ikan
|
11
|
Rasa penyedap
menempel (after taste)
|
12
|
bersoda
|
4.4 Hasil Analisa Texture dari Tiap-Tiap kelompok
No
|
Atribut
|
1
|
Renyah, keriuk,
garing
|
2
|
Lembut di lidah
|
3
|
Agak keras
|
4
|
Permukaan kasar
|
5
|
Tidak padat /
berongga
|
6
|
Seperti gabus
|
7
|
Mudah hancur
|
8
|
lempam
|
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Uji
Deskripsi. http://www.scribd.com/doc/54754597/laporan-mentah. (14 Mei 2011).
Balya, J. 2011. Tekstur. http://johnbalya.blogspot.com/2011/03/tekstur-rheologi-dan-sifat-permukaan.html
(14 Mei
2011).
Gusfahmi, achmad.
2011. Uji deskripsi http://achmadgusfahmi.blogspot.com/2011/03/uji-deskripsi.html.
(14 Mei 2011)
Hajrah, W. 2009. Mempelajari Profil Sensori
Jeruk Keprok batu 55 (Citrus reticulata Blanco), Keprok Blinyu (Citrus reticulata Blanco), Manis Punten (Citrus sinensis Osbeck) Serta Manis Valencia
(Citrus
sinensis Osbeck) Dengan Analisis Sensori Deskriptif. Skripsi Sarjana IPB Bogor. http://repository.ipb.ac.id/
. (14 Mei 2011).
Rahayu,
W.P., 1998. Penilaian Organoleptik.
Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi Fateta
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Uji deskripsi didesain untuk mengidentifikasi
dan mengukur sifat-sifat sensori. Dalam kelompok pengujian ini dimasukkan rating atribut mutu dimana suatu atribut mutu dikategorikan
dengan suatu kategori skala (suatu uraian yang menggambarkan intensitas
dari suatu atribut mutu) atau dapat juga besarnya suatu atribut mutu diperkirakan berdasarkan salah satu
sampel, dengan menggunakan metode skala rasio.
Uji deskriptif merupakan uji yang membutuhkan
keahlian khusus dalam penilaiannya karena dalam uji ini panelis harus dapat
menjelaskan perbedaan antara produk-produk yang diuji. Untuk melakukan uji ini,
dibutuhkan penguji yang terlatih. Uji
deskriptif terdiri atas Uji Pemberian skor atau pemberian skala. Kedua uji ini
dilakukan dengan menggunakan pendekatan skala atau skor yang dihubungkan dengan
deskripsi tertentu dari atribut mutu produk. Dalam sistem pemberian skor, angka
digunakan untuk menilai intensitas produk dengan susunan meningkat atau menurun
(http://id.wikipedia.org/wiki/Evaluasi_sensori).
Uji deskripsi digunakan untuk mendapatkan gambaran yang utuh
tentang karakteristik suatu produk. Oleh sebab itu, pada uji ini banyak sifat
yang sensorik yang dinilai dan dianalisis secara keseluruhan. Sifat-sifat
sensorik yang dipilih adalah terutama yang paling relevan terhadap mutu atau
yang paling peka terhadap perubahan mutu suatu komoditi. Sifat-sifat sensorik
mutu ini disebut atribut mutu. Misalnya ketengikan, warna, bau dan
lain-lain.
Kekurangan atau kelemahan dari uji deskripsi di antaranya
adalah membutuhkan panelis yang memiliki konsentrasi tinggi dan juga
kepekaannya. Biasanya sudut antara dua garis radial sama dengan ditetapkan
dengan cara membagi sudut keliling dengan jumlah atribut mutu (http://achmadgusfahmi.blogspot.com/2011/03/uji-deskripsi.html).
Analisis
Deksriptif
Analisis deskriptif adalah teknik
analisis sensori yang digunakan dengan tujuan memperoleh deskripsi sifat-sifat
sensori dari berbagai macam produk atau material (Gacula, 1997)., uji
dekskriptif merupakan penilaian sensori yang lebih kompleks, meliputi berbagai
jenis sensori yang menggambarkan keseluruhan sifat komoditi tersebut. Dalam
mendeskripsikan sifat makanan terdapat beberapa metode, yaitu secara kualitatif
dan secara kuantitatif. Menurut Meilgaard et
al., (1999), semua metode analisis
deskriptif menggunakan penilaian baik secara kualitatif maupun secara
kuantitatif, menuntut panelis untuk menggambarkan dan mendeteksi atribut-atribut
sensori sedekat mungkin. Metode kualitatif dilakukan untuk mendapatkan dan
mengembangkan bahasa, sehingga dapat menggambarkan sampel yang nantinya sangan
penting untuk analisis secara kuantitatif, sedangkan metode kuantitatif
mendeskripsikan karakteristik sensori suatu produk dengan memberikan penilaian
yang menggambarkan sampel dalam suatu skala interval (Rahayu, 1998).
Menurut Gacula (1997). Metode dalam
analisis deksriptif terus berkembang. Tiga metode yang digunakan dalam analisis
deskriptif, yaitu flavor profil,
texture profil dan
quantitative descriptive analysis.
Keberhasilan
analisis deskriptif tergantung pada empat faktor, yaitu pelatihan dan
pengalaman panelis, panel leader, pelaksanaan analisis, dan komitmen para
panelis(http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20777/F09woh.pdf?sequence=1).
FLAVOR
Flavor adalah salah satu bagian penting
dari keseluruhan sensasi perasaan selama kita makan atau minum. Sering kali
flavor didefinisikan sebagai kesan (sensasi) gabungan rasa dan bau yang
dipengaruhi oleh sifat akuistik bahan, tekstur dan penampakan. Sejumlah
karakteristik beberapa komponen bahan yang dibawa ke dalam mulut, dirasakan
terutama oleh indra rasa dan bau dan seterusnya diterima dan diintepretasikan
oleh otak. Selanjutnya komponen flavor ini dapat berupa komponen kimia tunggal
ataupun campuran beberapa komponen kimia alami atau sintetik. Komponen kimia
ini berupa komponen volatil yang biasanya terdiri dari ester, asam, alkohol,
aldehid dan keton. Komponen volatil ini sangat penting dalam pembentukan karakteristik
flavor. Sensasi ini merangsang organ organoleptik (Lindsay, 1985).
Menurut U. S. Society
of flavor chemists dalam Heath (1978),
flavor didefinisikan sebagai suatu substansi, berupa komponen kimia tunggal
atau campuran, baik alami maupun sintetik, yang menyebabkan suatu sensasi pada makanan
dan minuman ketika dikonsumsi. Menurut Heath (1978), flavor pada makanan dapat
berasal dari :
1.
Komponen-komponen yang sudah ada dialam seperti pada daging, buah, rempahrempah
dan
sayuran.
2.
Timbul dari perubahan kimia komponen-komponen dasar yang disebabkan oleh
proses
pengolahan seperti pemanasan dan oksidasi.
3.
Penambahan bahan perisa baik dari bahan alami ataupun sintesis.
(http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20777/F09woh.pdf?sequence=1).
.
Tekstur
Tekstur adalah nilai raba pada suatu permukaan, baik itu nyata maupun semu. Suatu permukaan mungkin kasar, halus, keras atau lunak, kasar atau licin. Tekstur merupakan karakter nilai raba yang dapat dirasakan secara fisik dan secara imajiner. Tekstur kasar ketika diraba secara fisik memang menunjukkan suatu permukaan yang kasar, sedangkan tekstur semu hanya nampak oleh mata karakternya kasar namun ketika diraba tidak dapat dirasakan sebagamana yang dilihat sehingga tekstur semacam ini hanya memberi kesan imajinatif pada perasaan(http://johnbalya.blogspot.com/2011/03/tekstur-rheologi-dan-sifat-permukaan.html).
Tekstur adalah nilai raba pada suatu permukaan, baik itu nyata maupun semu. Suatu permukaan mungkin kasar, halus, keras atau lunak, kasar atau licin. Tekstur merupakan karakter nilai raba yang dapat dirasakan secara fisik dan secara imajiner. Tekstur kasar ketika diraba secara fisik memang menunjukkan suatu permukaan yang kasar, sedangkan tekstur semu hanya nampak oleh mata karakternya kasar namun ketika diraba tidak dapat dirasakan sebagamana yang dilihat sehingga tekstur semacam ini hanya memberi kesan imajinatif pada perasaan(http://johnbalya.blogspot.com/2011/03/tekstur-rheologi-dan-sifat-permukaan.html).
tekstur makanan adalah hasil atau rupa akhir dari
makanan, mencakup : warnatampilan luar, warna tampilan dalam, kelembutan
makanan, bentuk permukaan padamakanan, keadaan makanan (kering, basah, lembab)
(http://www.scribd.com/doc/54754597/laporan-mentah).
Analisis sensori deskriptif dilakukan
menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif dilakukan
dengan menggunakan teknik Focus
Group, sedangkan
metode kuantitatif dilakukan dengan metode QDA (Quantitative
Descriptive Analysis). Sebelum dilakukan
analisis deskripsi, terlebih dahulu dilakukan seleksi dan pelatihan panelis.
QuantitativeDescriptive
Analysis (QDA)
Metode
kuantitatif yang cukup sering digunakan yaitu Quantitative
Descriptive Analysis (QDA) yaitu suatu
metode yang digunakan untuk menggambarkan
suatu karakteristik sensori suatu produk secara matematis (Zook
dan Pearce, 1988). Metode QDA dilakukan dalam beberapa tahapan
yaitu seleksi panelis, pelatihan panelis, analisis kualitatif dan analisis
kuantitatif (Meilgaard et al.,
1999).
Secara kualitatif, penentuan
atribut-atribut sensori suatu produk dapat dilakukan menggunakan In
Depth Interview dan Focus
Group (Heymann et
al., 1993). Menurut
Cairncross dan Sjostrom (1950), metode kualitatif digunakan untuk menyepakati
terminologi deskriptif suatu produk yang mewajibkan para panelis untuk
memberikan terminologi-terminologi yang dirasakan saat mencicipi sampel
(http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20777/F09woh.pdf?sequence=1).
Diskusi
kelompok terarah
Diskusi Kelompok Terarah atau Focus Group Discussion
(FGD) merupakan salah satu bentuk wawancara dalam grup. Biasanya dilakukan dengan jumlah panelis 8-12 orang
dengan latar belakang relatif sama, seperti asal daerah, status sosial, dan usia. Dalam metode ini juga dibutuhkan seorang moderator atau fasisitator untuk
memimpin jalannya diskusi. Diskusi ini dapat berlangsung selama 1-2 jam. Informasi yang
didapatkan dari metode ini dapat digunakan untuk mengevaluasi pengemasan
produk, tema iklan yang digunakan, dan untuk pengembangan produk lainnya
seperti rasa, penyajian produk, perkiraan harga, dan lain-lain (http://id.wikipedia.org/wiki/Evaluasi_sensori).
BAB VI
PEMBAHASAN
Uji deskripsi sendiri digunakan untuk mendapatkan gambaran
yang utuh tentang karakteristik suatu produk. Oleh sebab itu, pada uji ini
banyak sifat yang sensorik yang dinilai dan dianalisis secara keseluruhan.
Sifat-sifat sensorik yang dipilih adalah terutama yang paling relevan terhadap
mutu atau yang paling peka terhadap perubahan mutu suatu komoditi. Sifat-sifat
sensorik mutu ini disebut atribut mutu. Misalnya ketengikan, warna, bau
dan lain-lain. Namun, Kekurangan atau kelemahan dari uji deskripsi di antaranya
adalah membutuhkan panelis yang memiliki konsentrasi tinggi dan juga
kepekaannya.
Analisis deskriptif adalah teknik
analisis sensori yang digunakan dengan tujuan memperoleh deskripsi sifat-sifat
sensori dari berbagai macam produk atau material (Gacula, 1997). Menurut Rahayu
(1998), uji dekskriptif merupakan penilaian sensori yang lebih kompleks,
meliputi berbagai jenis sensori yang menggambarkan keseluruhan sifat komoditi
tersebut. Dalam mendeskripsikan sifat makanan terdapat beberapa metode, yaitu secara
kualitatif dan secara kuantitatif. Menurut Meilgaard et
al., (1999), semua metode analisis
deskriptif menggunakan penilaian baik secara kualitatif maupun secara
kuantitatif, menuntut panelis untuk menggambarkan dan mendeteksi atribut-atribut
sensori sedekat mungkin. Metode kualitatif dilakukan untuk mendapatkan dan
mengembangkan bahasa, sehingga dapat menggambarkan sampel yang nantinya sangan
penting untuk analisis secara kuantitatif, Contoh metode dalam analisis
deksriptif yaitu flavor
profil Analysis, texture
profil Analysis.
Flavor Profile
Analysis
Analisis
sensori deskriptif untuk flavor profile analysis dilakukan menggunakan metode
kualitatif. Metode kualitatif dilakukan dengan menggunakan teknik Focus
Group. sifat
sensoris bahan pangan yaitu flavor meliputi
rasa dan odor. Sedangkan analisa deskripsi dilakukan untuk
mendapatkan deskripsi rasa dan aroma kerupuk.
Metode
Focus Group yaitu
pengujian dengan sistem diskusi, dimana panelis mendiskusikan atribut rasa dan
aroma yang terdapat pada sampel kerupuk. Saat diskusi berlangsung, panel
leader hanya berperan sebagai fasilitator
dengan menyiapkan semua keperluan panelis seperti sampel dan fasilitas lain,
serta mengawasi jalannya diskusi. Pada metode Focus
Group, panelis diberi kebebasan dalam
berdiskusi untuk menentukan atribut rasa dan aroma yang terdapat pada sampel
kerupuk. Apabila ada kergaman bahasa terhadap atribut yang sama, maka dilakukan
kesepakatan dengan menggunakan bahasa yang sama.
Pengujian
sensori dengan teknik Focus Group melibatkan
seluruh panelis dan seorang pemimpin (dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai
moderator). Pada uji ini, panelis melakukan pengujian bersama dalam satu
ruangan dengan kondisi yang telah diatur sedemikian rupa sehingga dapat
menghindarkan berbagai gangguan yang dapat mempengaruhi penilaian. Panelis
dengan arahan dari moderator mendiskusikan seluruh atribut rasa dan aroma yang
dikenalinya setelah mencicip dan membaui kerupuk yang disajikan. Uji ini tidak ada
analisis statistic (Winarno, 1997).
Disini, Flavor Profile Analysis
dilakukan untuk menguraikan karakteristik aroma dan rasa secara bersamaan. Uji
seperti ini dapat digunakan untuk mendeskripsikan secar komplit suatu prosuk
makanan, yang dalam hal ini adalah kerupuk.
Uji ini dilakukan dengan melihat perbedaan dan persamaan diantara
kelompok atau/ group terhadap kualitas tertentu atau atribut mutu yaitu flavor
kerupuk.
Aroma Sering
digunakan untuk menerangkan suatu odor (bau) yang diterima indera penciuman
ketika memakan suatu produk. Kata aroma juga digunakan untuk menerangkan suatu
odor (bau) yang memiliki konotasi menyenangkan sedangkan odor (bau): Menerangkan
sensasi/kesan yang diterima ketika mencium kerupuk. Kriteria odor (bau) juga diterapkan
untuk menerangkan aspek mutu dari kesan bau yang diakibatkan oleh senyawa-senyawa
yang timbul dari kerupuk, Sedangkan rasa disini Menerangkan suatu kesan yang
diterima melalui syaraf indera pengecap di lidah, sebagai hasil dari
hadirnya senyawa-senyawa yang larut dalam air. Secara umum dikenal ada 4
citarasa utama yaitu manis, asin, asam dan pahit,walaupun masih dimungkinkan
adanya kategori citarasa lain misalnya gurih, pedas atau yang lain. Kata taste
(citarasa) juga digunakan untuk menerangkan mutu dari kesan yang ditimbulkan
oleh senyawa-senyawa yang ada dalam sampel kerupuk.
Hasil deskripsi aroma pada uji ini, cukup mendeskripsikan
aroma sampel kerupuk ini, yaitu aroma minyak jelantah atau minyak goreng bekas
dan aroma ikan. Keragaman bahasa ini langsung menyatakan bahwa sampel kerupuk
ini berasa minya goreng bekas dan aroma ikan yang dominan. Hal inilah yang bisa
dijadikan untuk analisis kuantitatif deskripsi (QDA)
Sedangkan
pada deskripsi rasa hampir terlihat keragaman bahasa yang nyata, karena kebanyakan
panelis langsung mendeskripsikan berdasarkan rasa rasa dasar yang umum dikenal
seperti asin, hal ini karena sampel yang digunakan adalah kerupuk. kemudian rasa
ikan tetapi yang tidak terlalu dominan namun masih bisa dirasakan oleh panelis.
Rasa penyedap dan gurih juga dirasakan bisa dirasakan oleh tiap panelis
terhadap sampel kerupuk ini. Atribut rasa yang teridentifikasi dalam uji ini
adalah rasa minyak, rasa bawang, rasa
asam, manis, dan bersoda, namun rasa-rasa ini tidak dirasakan oleh setiap
panelis. Rasa asin dan rasa ikan bisa dijadikan untuk analisis kuantitatif
deskripsi (QDA).
Dalam
hal ini terdapat “after taste”, yaitu rasa penyedap yang menempel, Lama kesan
atau kesan sesudah “after taste” adalah
bagaimana suatu zat rangsang menimbulkan kesan yang mudah atau tidak mudah
hilang setelah pengindraan dilakukan. Rasa penyedap memiliki kesan sesudah
lebih kuat dibandingkan dengan rasa ikan pada sampel kerupuk ini.
Texture Profile
Analysis
Metode
kualitatif juga bisa digunakan untuk Analisis sensori deskriptif Texture profile analysis. Metode kualitatif
dilakukan dengan menggunakan teknik Focus
Group. Dan sifat
sensoris bahan pangan yang dianalisa adalah texture kerupuk, yaitu sifat tekstural sampel kerupuk. sifattekstural ini mencakup
sifat mekanis, geometris dan orientasi partikel tekstur kerupuk dalam hasil
atau rupa akhir dari makanan, mencakup : warna tampilan luar, warna tampilan
dalam, kelembutan makanan, bentuk permukaan pada makanan, keadaan makanan
(kering, basah, lembab).
Pengujian
sensori dengan teknik Focus Group untuk Texture profile Analysis, yaitu melibatkan
seluruh panelis dan seorang pemimpin. Pada uji ini, panelis melakukan pengujian
bersama dalam satu ruangan dengan kondisi yang telah diatur sedemikian rupa sehingga
dapat menghindarkan berbagai gangguan yang dapat mempengaruhi penilaian.
Panelis dengan arahan dari moderator mendiskusikan seluruh atribut rasa dan
aroma yang dikenalinya setelah mencicip dan membaui kerupuk yang disajikan. Uji ini tidak ada
analisis statistic (Winarno, 1997), sama seperti halnya Flavor
Profile Analysis.
Hasil deskripsi yang
didapat menunjukkan bahwa sampel kerupuk renyah, keriuk, garing, permukaan
kasar, dan seperti gabus sehingga mudah pecah. Tampilan inilah yang bisa
dirasakan oleh tiap panelis. Tampilan-tampilan ini menyatakan tekstur kerupuk
dalam hal tampilan luar, bentuk permukaan, dan tekstur atau kelembutan makanan
yang dinyatakan dengan renyah, keriuk, garing.
Sedangkan
atribut mutu yang lain yang juga dideskripsikan adalah keras namun lembut di
lidah. Tidak padat / berongga merupakan tampilan luar , setelah dimakan atau
dikunyah terasa lengket dan lempam. Atribut-atribut ini tidak secara langsung
dapat dinyatakan sebagai sifat sensori tekstur sampel kerupuk ini, karena tidak
semua panelis bisa merasakannya. Sama seperti halnya aroma dan rasa, renyah,
keriuk, garing, permukaan kasar, dan seperti gabus bisa dijadikan untuk Quantitative
Descriptive Analysis (QDA) dalam hal
tekstur.
Keberhasilan
analisis deskriptif tergantung pada empat faktor, yaitu pelatihan dan
pengalaman panelis, panel leader, pelaksanaan analisis, dan komitmen para
panelis. Dan Hasil dari Focus Group akan
digunakan untuk Quantitative Descriptive
Analysis (QDA) untuk lebih mengidentifikasi
karakteristik dari suatu sampel secara kuantitaif.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
·
Focus Group merupakan salah satu
metode kualitatif analisa deskripsi untuk Flavor
Profil Analysis dan Texture
Profil Analysis.
·
Pada Flavor Profil Analysis, hasil deskripsi aroma
menunjukkan aroma minyak jelantah atau minyak goreng bekas dan aroma ikan.
Sedangkan hasil deskripsi rasa menunjukkan rasa asin dan rasa ikan. Atribut
lain yang terdeskripsi adalah rasa minyak,
rasa bawang, rasa asam, manis, dan bersoda.
·
Pada Flavor Texture Analysis, hasil deskripsi menunjukkan sampel kerupuk
renyah, keriuk, garing, permukaan kasar, dan seperti gabus sehingga mudah
pecah. Atribut lain yang terdeskripsi adalah keras namun lembut di
lidah, tidak padat / berongga, setelah dimakan atau dikunyah terasa lengket dan
lempam.
·
Hasil dari Focus
Group akan digunakan untuk Quantitative
Descriptive Analysis (QDA) untuk lebih
mengidentifikasi karakteristik dari suatu sampel secara kuantitaif.
6.2 Saran
Panelis
diharapkan bertanggung
jawab dan merasa berkepentingan pada pengujian yang sedang dilakukan dengan
motivasi yang baik sehingga data yang diperoleh sesuai dengan yang
diharapkan dan dapat diinterpretasikan
dengan analisa deskripsi.
0 komentar:
Post a Comment