Thursday, November 28, 2013

LAPORAN PRAKTIKUM
PENGENDALIAN GULMA
“Analisis Vegetasi Gulma”
OLEH
Nama : Inggi Pamungkas
Npm : E1J010092
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU 2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konsepi dan metode analisis vegetasi sesungguhnya sangat beragam tergantun kepada
keadaan vegetasi itu sendiri dan tujuannya. Contoh yang digunakan untuk mempelajari
suksesi dan evaluasi hasil suatu pengendalian gulma. Pada area yang luas dengan vegetasi
semak rendah misalnya digunakan metode garis (line intercept), untuk pengamatan sebuah
peta dengan vegetasi yang tumbuh menjalar (creeping) digunakan metode titik (point
intetcept), dan untuk daerah yang luas serta tidak tersedia waktu yang cukup digunakan
metode estimasi visual (visual estimation). Juga harus diperhatikan keadaan geologi, tanah,
topografi, dan data vegetasi yang mungkin telah ada sebelumnya, serta fasilitas kerja atau
keadaan seperti peta, lokasi yang dicapai, waktu yang tersedia, dan sebagainya. Kesemuanya
untuk memperoleh efisiensi pendataan vegetasi.
Vegetasi menggambarkan perpaduan berbagai jenis tumbuhan di suatu wilayah atau
daerah. Suatu tipe vegetasi menggambarkan suatu daerah dari segi penyebaran tumbuhan
yang ada baik secara ruang dan waktu. Rawa-rawa, padang rumput dan hutan merupakan
suatu contoh vegetasi. Suatu vegetasi kadangkala dibagi menjadi beberapa komunitas yang
tumbuh bersama di suatu daerah. Beberapa komunitas tersebut juga disebut assosiasi yaitu
sekumpulan tumbuhan yang tumbuh bersama pada lingkungan yang sama. Komunitas
tumbuhan akan selalu di dominasi oleh jenis tumbuhan tertentu sebagai gulma. Komunitas
tumbuhan sering kali digunakan oleh ahli ekologi untuk menjelaskan suatu vegetasi di suatu
wilayah.
Batasan gulma sampai saat ini masih bersifat kontroversi, tergantung kepada konsepsi
dan ruang kajiannya. Gulma sebagai tumbuhan yang telah berhasil menyesuaikan diri dalam
ekosistem yang telah dikembangkan oleh manusia dalam membudidayakan tanaman pada
suatu lahan. Dalam ekosistem termasuk dalam ekosistem pertanian (gulma agrestal), setiap
spesies mampu berkembang biak dengan cepat dan bersaing dengan tanaman budidaya dalam
hal pemanfaatan unsure hara, air, ruang, CO2, dan cahaya baik di lahan sawah maupun lahan
kering. Akibat hal tersebut berpengaruh merugikan terhadap tanaman budidaya, berupa
penurunan hasil panen, inang bagi hama dan penyakit, menyulitkan pekerjaan pemeliharaan
tanaman dan pemanenan, serta meningkatkan biaya produksi. Pengenalan spesies gulma dan
sifat-sifatnya sangat diperlukan untuk menentukan pengendalian yang tepat.
1.2 Tujuan
Tujuan praktikum kali ini ialah untuk mengetahui dan mengenal bagaimana cara
mengidentifikasi jenis gulma dominan pada suatu areal dalam usaha efisiensi pengendalian
gulma, baik dengan data kualitatif maupun kuantitatif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gulma adalah segala tanaman yang tumbuh pada tempat yang tidak diinginkan.
Bunga mawar pun, jika tumbuh di tengah sayuran juga termasuk Gulma. Kebanyakan Gulma
adalah tanaman yang cepat tumbuh dan dapat menghasilkan sejumlah besar biji dalam waktu
singkat. Biasanya bijinya mudah tersebar, misalnya bunga dandelion dengan buahnya yang
bisa tersebar hanya dengan angin kecil. Beberapa gulma akan terus menebarkan bijinya
walaupun pohonnya telah dicabut. Di atas tanah, dari gulma kebun biasa, bunga-bunganya
akan membuat setumpuk biji berambut pada timbunan kompos jika ditaruh disitu dan tidak
dihancurkan. Gulma lain seperti tumbuhan rambat bunga kuning menghasilkan puncuk yang
berakar setiap kali menyentuh tanah. Dengan ini, tanaman menjalar dengan cepat. Ada
Gulma yang seperti konvolvulus, harus diangkat sepenuhnya dari tanah. Sisa tangkai yang
tercecer akan tumbuh sebagai tanaman baru. (Sukman, 1991)
Gulma mengkibatkan kerugian-kerugian yang antara lain disebabkan oleh :
1. Persaingan antara tanaman utama sehingga mengurangi kemampuan berproduksi, terjadi
persaingan dalam pengambilan air, unsur-unsur hara dari tanah, cahaya dan ruang lingkup.
2. Pengotoran kualitas produksi pertanian, misalnya pengotoran benih oleh biji-biji gulma.
3. Allelopathy yaitu pengeluaran senyawa kimiawi oleh gulma yang beracun bagi tanaman
yang lainnya, sehingga merusak pertumbuhannya.
4. Gangguan kelancaran pekerjaan para petani, misalnya adanya duri-duri Amaranthus
spinosus, Mimosa spinosa di antara tanaman yang diusahakan.
5. Perantara atau sumber penyakit atau hama pada tanaman, misalnya Lersia hexandra dan
Cynodon dactylon merupakan tumbuhan inang hama ganjur pada padi.
6. Gangguan kesehatan manusia, misalnya ada suatu gulma yang tepung sarinya
menyebabkan alergi.
7. Kenaikkan ongkos-ongkos usaha pertanian, misalnya menambah tenaga dan waktu dalam
pengerjaan tanah, penyiangan, perbaikan selokan dari gulma yang menyumbat air irigasi.
8. Gulma air mngurangi efisiensi sistem irigasi, yang paling mengganggu dan tersebar luas
ialah eceng gondok (Eichhornia crssipes). Terjadi pemborosan air karena penguapan dan
juga mengurangi aliran air. Kehilangan air oleh penguapan itu 7,8 kali lebih banyak
dibandingkan dengan air terbuka. Di Rawa Pening gulma air dapat menimbulkan pulau
terapung yang mengganggu penetrasi sinar matahari ke permukaan air, mengurangi zat
oksigen dalam air dan menurunkan produktivitas air. (Moenandir, 1988)
Gulma antara lain didefinisikan sebagai tumbuh-tumbuhan yang tumbuh pada tempat
yang tidak dikehendaki manusia. Tumbuh pada tempat yang tidak dikehendaki manusia, hal
ini dapat berarti tumbuhan tersebut merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung
atau bahkan kadang-kadang juga belum diketahui kerugian atau
kegunaannya.(Tjitrosoedirdjo, 1984).
Pengamatan populasi gulma pada suatu lahan yang sangat luas sulit dilakukan secara
menyeluruh, karena terbatasnya waktu, tenaga dan dana. Untuk itu dilakukan pengambilan
sampel. Pengambilan sampel harus dapat mewakili atau menggambarkan populasi yang
beragam (Triharso, 1996).
Ada 4 macam cara pengambilan sampel dari lahan, yaitu:
1. Pengambilan sampel secara langsung
2. Pengambilan sampel secara acak tidak langsung
3. Pengambilan sampel bertingkat
4. Pengambilan sampel secara beraturan
Cara pengambilan sampel ini adalah kenyataannya memberikan hasil yang lebih
mewakili kondisi lapangan yang diamati. Untuk areal yang luas dengan vegetasi semak
rendah misalnya, digunakan metode garis (line intercept), untuk pengamatan sebuah contoh
petak dengan vegetasi “tumbuh menjalar” (creeping), digunakan metode titik (point
intercept), dan untuk suatu survei daerah yang luas dan tidak tersedia cukup waktu, estimasi
visual (visual estimation) mungkin dapat digunakan oleh peneiliti yang sudah
berpengalaman. Juga harus diperhatikan keadaan geologi, tanah, topografi, dan data vegetasi
yang mungkin telah ada sebelumnya, serta fasilitas kerja/ keadaan, seperti peta, lokasi yang
bisa dicapai, waktu yang tersedia, dan lain sebagainya (Tjitrosoediro, 1984).
Pada dasarnya data yang diperoleh dari analisis vegetasi dapat dibagi atas dua golongan
yaitu data kualitatif dn data kuantitaif. Data kualitatif menunjukkan bagaimana suatu jenis
tumbuhan tersebar dalam kelompok, stratifiksinya, periodisitas, dan lain sebagainya; sedang
data kuantitatif menunjukkan jumlah, ukuran, berat basah/ kering suatu jenis, luas daerah
yang ditumbuhinya. Data kuantitatif didapat dari hasil penjabaran petak-petak contoh di
lapangan, sedangkan data kualitatif didapat dari hasil pengamatan lapangan berdasar
pengalaman yang luas atau hasil penelitian aotecology (Tjitrosoediro, 1984).
Metode analisis vegetasi yang lazim digunakan ada 4 macam yaitu estimasi visual,
metode kuadrat, metode garis dan metode titik. (Tjitrosoediro, 1984).
1. Metode estimasi visual
Pengamatan dilakukan pada titik tertentu yang selalu tetap letaknya, misalnya selalu di
tengah atau di salah satu sudut yang tetap pada petak-contoh yang telah terbatas. Besaran
yang dihitung berupa dominansi yang dinyatakan dalam persentase penyebaran.
2. Metode kuadrat
Yang dimaksud kuadrat di sini adalah suatu ukuran luas yang dinyatakan dalam satuan
kuadrat (misalnya m2, cm2, dan sebagainya) tetapi bentuk petak-contoh dapat berupa segiempat
(kuadrat), segi panjang, atau sebuah lingkaran.
3. Metode garis
Metode garis atau rintisan, adalah petak-contoh memanjang, diletakkan di atas sebuah
komunitas vegetasi
4. Metode titik
Metode titik merupakan suatu variasi metode kuadrat. Jika sebuah kuadrat diperkecil
sampai titik tidak terhingga, akan menjadi titik
Sebagai tumbuhan, gulma juga memerlukan persyaratan tumbuh seperti halnya
tanaman lain misalnya kebutuhan akan cahaya, nutrisi, air, gas CO2 dan gas lainnya, ruang
dan lain sebagainya (Moerandir, 1988).
Penanggulangan gulma terbaik dilakukan dengan mempraktekkan pengendalian
terpadu. Disamping itu, upaya menjaga agar populasi gulma tidak melampaui ambang
ekonomi, perlu didukung oleh kesadaran, pengamatan dan pendidikan para pelaku usaha tani
(Rukmana, 1999).
Data yang diperoleh dari analisis vegetasi dibagi menjadi dua jenis, yaitu data
kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif yaitu data yang menunjukkan bagaimana suatu
jenis tumbuhan tersebar dan berkelompok. Sedangkan data kualitatif merupakan data yang
menyatakan jumlah, ukuran, berat basah/kering suatu jenis, dan luas daerah yang
ditumbuhinya (Soekisman, 1984).
Gulma juga mempunyai nilai positif yang memberikan keuntungan bagi tanaman
budidaya. Pertama, gulma dapat mengurangi resiko erosi yang terjadi di areal pertanaman
tanaman budidaya. Kedua, gulma dapat menjadi inang hewan predator bagi hama – hama
yang merusak tanaman. Gulma juga dapat berperan sebagai LCC (Legume cover
crop)(Iskandar, 2009).
Perkembangbiakan gulma sangat mudah dan cepat, baik secara generatif maupun
secara vegetatif. Secara generatif, biji-biji gulma yang halus, ringan, dan berjumlag sangat
banyak dapat disebarkan oleh angin, air, hewan, maupun manusia. Perkembangbiakan secara
vegetatif terjadi karena bagian batang yang berada di dalam tanah akan membentuk tunas
yang nantinya akan membentuk tumbuhan baru. Demikian juga, bagian akar tanaman,
misalnya stolon, rhizomma, dan umbi, akan bertunas dan membentuk tumbuhan baru
(Barus,2003).
Cara klasifiikasi pada tumbuhan ada dua macam yaitu buatan (artificial) dan alami
(natural). Pada klasifikasi sistem buatan pengelompokan tumbuhan hanya didasarkan pada
salah satu sifat atau sifat-sifat yang paling umum saja, sehingga kemungkinan bisa terjadi
beberapa tumbuhan yang mempunyai hubungan erat satu sama lain dikelompokan dalam
kelompok yang terpisah dan sebaliknya beberapa tumbuhan yang hanya mempunyai sedikit
persamaan mungkin dikelompokan bersama dalam satu kelompok. Hal demkian inilah yang
merupakan kelemahan utama dari kalsifikasi sistem buatan. Pada klasifikasi sistem alami
pengelompokan didasarkan pada kombinasi dari beberapa sifat morfologis yang penting.
Klasifikasi sistem alami lebih maju daripada klasifikasi sistem buatan, sebab menurut sistem
tersebut hanya tumbuh-tumbuhan yang mempunyai hubungan filogenetis saja yang
dikelompokan ke dalam kelompok yang sama. (Anonim,2009)
Pengendalian gulma dimaksudkan untuk menekan atau mengurangi pertumbuhan
populasi gulma sehingga penurunan hasil yang diakibatkannya secara ekonomi menjadi tidak
berarti. Cara pengendalian gulma berbeda berbeda dengan pengendalian hama dan penyakit
tanaman pada umumnya. Pestisida adalah racun untuk membunuh serangga (insektisida),
fungi atau cendawan, nematoda dan lain-lain hama dan penyakit pengganggu rumah
(Wudianto, 1990).Herbisida adalah salah satu jenis pestisida yang merupakan bahan yang
mengandung senyawa kimia beracun dan digunakan untuk mematikan tanaman
pengganggu/gulma (Purba, 2009)
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1 Alat dan Bahan
 Denah lahan dengan keterangan
 Penggaris
 Petakan 5 cm x 5 cm
 Alat tulis
3.2 Prosedur Kerja
Identifikasi
 Buat atau ambil petakan contoh ukuran 50 cm x 50 cm dengan alat sguare method
pada lahan sawah (lahan basah ) dan lahan kering.
 Lempar petakan tersebut secara sembarang, ambil atau cabut jenis gulma yang
tumbuh pada petak tersebut, masukkan ke dalam plastik ulangi hingga petak ke 5.
lakukan prosedur tersebut pada lahan kering dan lahan basah.
 Identifikasilah jenis gulma yang ada dengan menggunakan buku deskripsi
berdasarkan cirri morfologinya, dan tulislah nama spesies, morfologi dan
perkembangbiakannya, daur hidup dan tempat tumbuhnya.
 Pisahkan jenis gulma berdasarkan golongannya.
Analisis Vegetasi
 Buat petak contoh dengan ukuran 50x50 cm dengan cara meletakkan alat square
method pada lahan sawah dan lahan kering sebanyak lima petak contoh pada masingmasing
jenis lahan.
 Diambil atau dicabut semua gulma yang tumbuh pada petak contoh tersebut
 Jenis gulma yang ada dipisahkan dan diindentifikasi
 Masing-masing gulma yang ada dihitung, kemudian dimasukkan kedalam kantong
kertas dan dikeringkan dalam oven pada suhu 70ºC sampai kering konstan
 Masing-masing gulma yang telah dikeringkan atau di oven kemudian ditimbang
 Dihitung kerapatan, frekuensi, dan dominasi masing-masing jenis gulma
4.2 Pembahasan
Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian karena
menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi.
Menurut morfologinya biasanya orang membedakan gulma ke dalam tiga kelompok.
Ketiga kelompok gulma memiliki karakteristik tersendiri yang memerlukan strategi khusus
untuk mengendalikannya.
a. Gulma teki-tekian
Kelompok ini memiliki daya tahan luar biasa terhadap pengendalian mekanik karena
memiliki umbi batang di dalam tanah yang mampu bertahan berbulan-bulan. Selain itu,
gulma ini menjalankan jalur fotosintesis C4 yang menjadikannya sangat efisien dalam
'menguasai' areal pertanian secara cepat. Ciri-cirinya adalah penampang lintang batang
berbentuk segi tiga membulat, dan tidak berongga, memiliki daun yang berurutan sepanjang
batang dalam tiga baris, tidak memiliki lidah daun, dan titik tumbuh tersembunyi. Kelompok
ini mencakup semua anggota Cyperaceae (suku teki-tekian) yang menjadi gulma. Contoh:
teki ladang (Cyperus rotundus), udelan (Cyperus kyllinga), dan Scirpus moritimus.
b. Gulma rumput-rumputan
Gulma dalam kelompok ini berdaun sempit seperti teki-tekian tetapi memiliki stolon,
alih-alih umbi. Stolon ini di dalam tanah membentuk jaringan rumit yang sulit diatasi secara
mekanik. Contoh gulma kelompok ini adalah alang-alang (Imperata cylindrica).
c. Gulma daun lebar
Berbagai macam gulma dari anggota Dicotyledoneae termasuk dalam kelompok ini.
Gulma ini biasanya tumbuh pada akhir masa budidaya. Kompetisi terhadap tanaman utama
berupa kompetisi cahaya. Daun dibentuk pada meristem pucuk dan sangat sensitif terhadap
kemikalia. Terdapat stomata pada daun terutama pada permukaan bawah, lebih banyak
dijumpai. Terdapat tunas-tunas pada nodusa, serta titik tumbuh terletak di cabang. Contoh
gulma ini ceplukan (Physalis angulata L.), wedusan (Ageratum conyzoides L.), sembung
rambut (Mikania michranta), dan putri malu (Mimosa pudica).
Pengendalian gulma merupakan subjek yang sangat dinamis dan perlu strategi yang khas
untuk setiap kasus. Beberapa hal perlu dipertimbangkan sebelum pengendalian gulma
dilakukan:
1. Jenis gulma dominan
2. Tumbuhan budidaya utama
3. Alternatif pengendalian yang tersedia
4. Dampak ekonomi dan ekologi
Kalangan pertanian sepakat dalam mengadopsi strategi pengendalian gulma terpadu
untuk mengontrol pertumbuhan gulma.
Menurut Soekisman, gulma dapat diidentifikasi dengan menempuh satu atau kombinasi
dari sebagian atau seluruh cara-cara di bawah ini :
1. Membandingkan gulma tersebut dengan material yang telah diidentifikasi di herbarium.
2. Konsultasi langsung dengan para ahli di bidang yang bersangkutan.
3. Mencari sendiri melalui kunci identifikasi.
4. Membandingkan dengan determinasi yang ada.
5. Membandingkan dengan illustrasi yang berbeda.
BAB V
KESIMPULAN
Dari data hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat disimpulkan beberapa hal mengenai
identifikasi dan analisis vegetasi gulma, yaitu sebagai berikut :
 Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian karena
menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi.
 Gulma diidentifikasi berdasarkan ciri morfologinya, kemudian ditulis nama spesies,
morfologi dan perkembangbiakannya, daur hidup dan tempat tumbuhnya.
 Hasil Coefisien Komunitas (CK) adalah 5,31%. Perhitungan ini dilakukan biasanya untuk
mengukur kebutuhan penggunaan herbisida di lahan
 Pengidentifikasian gulma dengan herbisida dapat dilakukan dengan metode herbisida secara
mekanik, kontak dan sistemik. Perlakuan tersebut terjadi perubahan karena jumlah gulma
yang tumbuh telah berkurang akibat perlakuan. Nilai SDR pun relative lebih tinggi sebelum
perlakuan di banding sesudahnya
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Klasifikasi Tumbuhan. www.plantamor .com diakses tanggal 28 april 2013
Barus, Emanuel .2003. Pengendalian Gulma Perkebunan. Kanisius: Yogyakarta.
Iskandar, Riska. 2009. Analisis Vegetasi Gulma Kuantitatif (online).
http://riskaiskandar.blogspot.com/2009/02/analisis-vegetasi-gulma-kuantitatif.html. Diakses
pada tanggal 28 april 2013
Moenandir, Jody. 1988. Pengantar Ilmu Gulma dan Pengendalian Gulma (Ilmu Gulma Buku 1).
Rajawali Press : Jakarta.
Nata wigena, H. 1995. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Bandung: Trigenda
Karya.
Purba, Edison. 2009. Keanekaragaman Herbisida Dalam Pengandalian Gulma Mengatasi Populasi
Gulma dan Toleran Herbisida. Jurnal USU.
Rukmana, Rahmat, Suganda Saputra. 1999. Gulma dan Tehnik Pengendalian. Kanisius :
Yogyakarta.
Sukman, Yernelis. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Rajawali Pers, Jakarta.
Tjitrosoedirdjo, Soekisman dkk. 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. PT. Gramedia : Jakarta
Triharso. 1996. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta

0 komentar:

Post a Comment